Israel Intersepsi Kapal Bantuan Gaza, Aktivis Iklim Greta Thunberg Termasuk dalam Rombongan

Israel Hentikan Upaya Penyaluran Bantuan ke Gaza, Greta Thunberg dan Aktivis Lainnya Ditahan

Kementerian Luar Negeri Israel mengumumkan penyergapan terhadap kapal Madleen, bagian dari konvoi Freedom Flotilla yang membawa bantuan kemanusiaan menuju Gaza. Menurut pernyataan resmi, kapal tersebut telah tiba dengan selamat di pantai Israel, dan para penumpangnya, termasuk aktivis iklim terkemuka Greta Thunberg, akan segera dipulangkan ke negara asal mereka.

Israel menuding upaya Freedom Flotilla sebagai provokasi media yang bertujuan mencari sensasi. Mereka mengklaim bahwa bantuan yang dibawa kapal tersebut sangat minim, sementara lebih dari 1.200 truk bantuan telah memasuki Gaza dari Israel dalam dua minggu terakhir. Pemerintah Israel menyatakan akan mengalihkan bantuan yang dibawa kapal tersebut melalui jalur kemanusiaan resmi.

Koalisi Freedom Flotilla balik menuduh Israel melakukan "penculikan" terhadap para aktivis di kapal Madleen. Dalam pernyataan yang dipublikasikan melalui Telegram, mereka mengklaim kapal tersebut diserang di perairan internasional dan disemprot dengan zat iritan sebelum diduduki secara ilegal oleh pasukan Israel.

Rangkaian Kejadian

Menurut Koalisi Freedom Flotilla, kapal mereka diserang di perairan internasional saat mendekati wilayah Palestina yang dikuasai Israel. Beberapa pesawat tanpa awak (drone) terlihat mengelilingi kapal, menyemprotkan zat iritan berwarna putih. Akibatnya, komunikasi terputus dan terdengar suara-suara aneh melalui radio komunikasi sebelum akhirnya tentara Israel naik ke kapal.

Kementerian Luar Negeri Israel mengklaim bahwa Angkatan Laut Israel telah berkomunikasi dengan kapal tersebut, yang mereka sebut sebagai "kapal pesiar selfie." Melalui sistem komunikasi sipil internasional, Angkatan Laut Israel memerintahkan kapal tersebut untuk mengubah arah karena mendekati area terlarang. Mereka juga mengumumkan bahwa zona maritim di pantai Gaza ditutup untuk lalu lintas angkatan laut sebagai bagian dari blokade angkatan laut. Israel menawarkan untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan melalui pelabuhan Ashdod.

Pada hari Minggu, Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, memerintahkan militer untuk mencegat kapal tersebut agar tidak berlabuh di Gaza. Ia juga memperingatkan Greta Thunberg dan rekan-rekannya untuk berbalik arah, menuduh mereka menyebarkan propaganda Hamas. Selain Thunberg, terdapat setidaknya 11 awak kapal lainnya, termasuk Rima Hassan, anggota Parlemen Eropa asal Prancis.

Media Israel sebelumnya melaporkan rencana militer untuk mencegat kapal tersebut sebelum mencapai Gaza dan mengawalnya ke pelabuhan Ashdod sebelum mendeportasi para awak kapal. Israel berdalih bahwa blokade angkatan laut di Gaza bertujuan untuk mencegah transfer senjata ke Hamas.

Krisis Kemanusiaan di Gaza

Di tengah ketegangan ini, ratusan organisasi media internasional menyerukan kepada Israel untuk mencabut larangan bagi jurnalis asing untuk memasuki Gaza. Pemerintah Israel beralasan bahwa situasi di wilayah tersebut tidak aman bagi para wartawan selama konflik yang sedang berlangsung dengan Hamas.

Jodie Ginsberg, CEO Komite untuk Melindungi Jurnalis, menyatakan bahwa kurangnya jurnalis asing di Gaza menyebabkan informasi yang keliru semakin berkembang. Ia menekankan pentingnya media independen untuk menyampaikan informasi yang akurat kepada dunia luar tentang apa yang terjadi di Gaza.

UNICEF juga mengecam situasi kemanusiaan yang memburuk di Gaza, di mana bantuan kemanusiaan seringkali digunakan sebagai "umpan." Jumlah anak-anak yang menderita malnutrisi akut meningkat tajam dibandingkan dengan periode gencatan senjata awal tahun 2025, ketika bantuan mengalir lebih lancar.

James Elder dari UNICEF menggambarkan situasi di Gaza sebagai "krisis gizi buatan manusia." Ia menyaksikan sendiri anak-anak kekurangan gizi yang terancam nyawanya dalam waktu dekat. Kekurangan pasokan medis dasar, termasuk obat penghilang rasa sakit, semakin memperburuk kondisi yang sudah memprihatinkan.