Kolaborasi Strategis: Industri Bersatu Ciptakan Avtur Ramah Lingkungan dari Limbah
Aliansi strategis yang terdiri dari Honeywell, Samsung E&A, Johnson Matthey, dan Gidara Energy mengumumkan kolaborasi untuk memproduksi bahan bakar penerbangan berkelanjutan (SAF) dari sumber biomassa dan limbah padat perkotaan. Kemitraan ini menyatukan keahlian khusus masing-masing perusahaan untuk mengintegrasikan teknologi di sepanjang rantai produksi, mulai dari pengolahan limbah mentah hingga menghasilkan bahan bakar siap pakai. Proses ini memanfaatkan metode kimia canggih yang dikenal sebagai sintesis Fischer-Tropsch.
Dalam kolaborasi ini, Gidara Energy berperan penting dalam menyediakan teknologi gasifikasi. Teknologi ini mengubah limbah menjadi gas sintetik, yang merupakan bahan baku krusial untuk produksi bahan bakar melalui jalur Fischer-Tropsch. Johnson Matthey berkontribusi dengan keahliannya dalam katalis dan teknologi FT, yang penting untuk mengubah gas sintetik menjadi hidrokarbon cair. Honeywell bertanggung jawab menyediakan infrastruktur proses dan solusi otomatisasi digital yang mengintegrasikan berbagai tahapan produksi. Samsung E&A memimpin dalam rekayasa, pengadaan, konstruksi, dan keseluruhan pelaksanaan proyek.
Aliansi ini bertujuan untuk tidak hanya berkolaborasi secara lepas, tetapi membentuk unit kerja terstruktur yang bertanggung jawab penuh untuk memastikan kelancaran dan efisiensi seluruh proses produksi SAF. Pendekatan terpadu ini diharapkan dapat mengurangi waktu dan biaya pengembangan yang umumnya terkait dengan proyek SAF, yang sering kali melibatkan berbagai pemasok dan teknologi. Kelompok ini mengklaim bahwa pendekatan inovatif mereka dapat memangkas waktu antara studi kelayakan dan dimulainya operasional fasilitas hingga lebih dari 15 persen, serta mengurangi pengeluaran modal hingga 10 persen.
Lebih lanjut, aliansi ini tidak hanya berfokus pada pengembangan teknologi SAF yang inovatif, tetapi juga memiliki strategi bisnis yang jelas untuk komersialisasi produk mereka. Mereka menawarkan paket komprehensif kepada pemerintah dan produsen bahan bakar jet di seluruh dunia yang ingin beralih ke bahan bakar yang lebih ramah lingkungan, menjanjikan efisiensi yang lebih tinggi dalam pembangunan dan operasional.
"Kami percaya bahwa menyediakan solusi SAF menyeluruh membutuhkan lebih dari sekadar inovasi, tetapi juga membutuhkan aliansi yang kuat dengan penyedia teknologi kelas dunia," kata Hong Namkoong, kepala eksekutif Samsung E&A. "Dengan mengintegrasikan teknologi canggih ini dan memanfaatkan rekayasa yang telah terbukti, kami membangun rantai nilai SAF yang tangguh dan dapat diskalakan yang akan mendorong masa depan penerbangan berkelanjutan."
Namun, adopsi SAF masih menghadapi tantangan. Di pasar seperti Inggris dan Uni Eropa, bandara diwajibkan untuk meningkatkan proporsi SAF dalam pasokan bahan bakar jet mereka sebagai upaya mengurangi emisi penerbangan sesuai dengan tujuan iklim yang mengikat secara hukum.
যদিও SAF didukung secara luas oleh industri penerbangan, terutama untuk penerbangan jarak jauh, implementasinya masih menjadi perdebatan. Terdapat dua isu utama yang mendasari perdebatan ini. Pertama, pasar belum sepenuhnya siap untuk menerima SAF dalam jumlah besar. Kedua, ada keraguan yang berkembang mengenai efektivitas SAF dalam memerangi perubahan iklim, terutama dengan metode produksi yang ada saat ini. Kontroversi seputar SAF tidak hanya menyangkut keberlanjutannya, tetapi juga mencakup seluruh rantai pasokan dan dampak lingkungan yang lebih luas dari bahan baku dan proses produksinya. Misalnya, produksi SAF dari tanaman dapat menimbulkan kekhawatiran jika lahan pertanian yang seharusnya digunakan untuk produksi pangan dialihkan untuk produksi tanaman energi. Deforestasi juga menjadi masalah karena dapat melepaskan sejumlah besar karbon yang tersimpan di pohon dan tanah, serta menghancurkan keanekaragaman hayati. Tantangan-tantangan ini menunjukkan perlunya solusi yang lebih efisien dan benar-benar berkelanjutan dalam upaya dekarbonisasi sektor penerbangan.