Polemik Pekerjaan Rumah Siswa di Depok: Orang Tua Khawatir Dampak Negatif Penghapusan
Wacana penghapusan pekerjaan rumah (PR) bagi siswa sekolah dasar dan menengah di Depok memicu perdebatan di kalangan orang tua. Sebagian orang tua menyampaikan kekhawatiran mereka terkait dampak negatif yang mungkin timbul jika PR dihapuskan. Mereka berpendapat bahwa PR memiliki peran krusial dalam proses belajar anak di rumah dan pembentukan karakter.
Salah seorang warga Depok, Dedi (42), mengungkapkan ketidaksetujuannya terhadap wacana penghapusan PR. Menurutnya, PR sangat penting untuk membantu siswa mengulang dan memahami materi pelajaran yang telah diajarkan di sekolah. Ia khawatir, jika PR dihapuskan, anaknya akan lebih banyak menghabiskan waktu untuk bermain game dan melupakan kewajiban belajar.
"PR itu penting sebagai sarana pengulangan materi di rumah. Anak saya itu kalau tidak ada PR, yang ada malah main game terus, tidak belajar," ujarnya.
Dedi menambahkan, PR juga berperan dalam menanamkan rasa tanggung jawab pada anak. Dengan adanya PR, anak-anak belajar untuk menyelesaikan tugas yang diberikan dan mengatur waktu mereka dengan baik. Ia menceritakan pengalamannya sendiri, di mana ia selalu mendapatkan PR setiap hari saat sekolah dan hal itu membantunya memahami pelajaran dengan lebih baik.
"Anak-anak zaman sekarang kan lebih banyak menghabiskan waktu dengan gadget. Kalau tidak ada PR, saya khawatir mereka akan semakin malas belajar," tuturnya.
Meski menolak penghapusan PR secara total, Dedi mengakui bahwa pemberian tugas juga perlu diatur. Ia menyarankan agar guru tidak memberikan PR setiap hari untuk semua mata pelajaran. Menurutnya, hal itu dapat membebani siswa dan membuat mereka merasa stres.
"Sebaiknya jumlah PR dibatasi. Jangan sampai semua mata pelajaran memberikan PR setiap hari. Cukup satu atau dua mata pelajaran saja, yang penting diberikan secara rutin," katanya.
Dedi mengungkapkan bahwa anaknya sebenarnya cukup mandiri dalam mengerjakan tugas sekolah. Namun, tanpa adanya PR, anaknya cenderung mengabaikan belajar dan lebih memilih aktivitas hiburan. Ia mengakui sesekali membantu anaknya mengerjakan PR, tetapi ia menekankan bahwa keberadaan PR sangat penting untuk memotivasi anak membuka kembali buku pelajaran di rumah.
"Kadang saya bantu anak saya mengerjakan PR. Tapi, lebih sering dia kerjakan sendiri. Intinya, kalau tidak ada PR, ya dia tidak akan belajar," pungkasnya.