Sengketa Dagang AS-China: Kartu Truf Mineral Langka di Tangan Beijing

Negosiasi Dagang AS-China: Mineral Langka Jadi Senjata Tawar Menawar

Perundingan terbaru antara Amerika Serikat dan China untuk menyelesaikan sengketa perdagangan kembali digelar di London pada Senin (9/6/2025). Pertemuan ini menyusul percakapan telepon antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping. Isu utama yang menjadi sorotan adalah kontrol China terhadap mineral langka dan dampaknya pada akses teknologi semikonduktor AS.

Mineral langka, meskipun lebih banyak ditemukan daripada emas, memerlukan proses ekstraksi dan pengolahan yang kompleks, mahal, dan berpotensi merusak lingkungan. China, sebagai penguasa 90% rantai pasokan mineral langka global, dianggap memiliki posisi strategis yang dapat dimanfaatkan dalam negosiasi perdagangan. Robin Xing, Kepala Ekonom China di Morgan Stanley, menyatakan bahwa monopoli China atas mineral langka merupakan alat tawar-menawar yang signifikan.

Kontrol Ekspor dan Dampaknya

Sebelumnya, Trump menuduh China menghambat ekspor mineral langka dan mengancam pembatasan chip serta pencabutan visa pelajar China. Hal ini memicu reaksi keras dari Beijing, yang merasa dikhianati atas janji perdagangan yang telah disepakati. Dalam pertemuan di London, delegasi AS yang dipimpin oleh Menteri Keuangan Scott Bessent, Menteri Perdagangan Howard Lutnick, dan Perwakilan Perdagangan AS Jamieson Greer akan berhadapan dengan delegasi China yang diketuai oleh Wakil Perdana Menteri He Lifeng.

China sendiri memberikan sinyal positif dengan menyatakan kesediaan untuk meningkatkan komunikasi dan dialog terkait pengendalian ekspor. Kevin Hassett, Kepala Dewan Ekonomi Nasional Gedung Putih, menegaskan upaya AS untuk memulihkan aliran mineral langka yang dinilai belum sesuai dengan kesepakatan awal.

Pada April 2025, China memberlakukan perizinan baru untuk tujuh mineral langka dan elemen magnet tertentu. Eksportir wajib mengajukan persetujuan untuk setiap pengiriman dan menyertakan dokumentasi terkait tujuan penggunaan bahan-bahan tersebut. Setelah gencatan senjata dagang di Jenewa, Trump berharap pembatasan ini dicabut, namun lambatnya proses persetujuan menimbulkan kekecewaan di Washington.

Implikasi Ekonomi dan Strategis

Kamar Dagang AS di China melaporkan bahwa beberapa pemasok China telah menerima lisensi ekspor selama enam bulan. Namun, Leah Fahy, Ekonom China dari Capital Economics, berpendapat bahwa akses global ke mineral langka China kemungkinan akan lebih terbatas dibandingkan sebelum April, meskipun ada upaya untuk mendinginkan ketegangan diplomatik. Ia menambahkan bahwa China semakin tegas menggunakan kontrol ekspor sebagai alat untuk melindungi dan memperkuat posisi globalnya di sektor-sektor strategis.

Perang tarif dengan AS memberikan tekanan ekonomi bagi China. Data perdagangan menunjukkan pertumbuhan ekspor yang melambat, terutama ke AS. Meskipun demikian, Juru Bicara Departemen Bea Cukai China, Lü Daliang, menekankan ketahanan ekonomi China dalam menghadapi tantangan eksternal. Sementara itu, data dari National Bureau of Statistics (NBS) mengindikasikan tekanan deflasi yang berkelanjutan di China. Indeks Harga Konsumen (IHK) turun 0,1%, dan Indeks Harga Produsen (PPI) mengalami penurunan 3,3%, kontraksi tahunan terburuk dalam 22 bulan.