Polemik Penghapusan PR: Beban atau Penunjang Belajar Siswa?

Wacana penghapusan pekerjaan rumah (PR) bagi siswa sekolah terus menjadi perdebatan di kalangan orang tua. Ide ini memicu berbagai reaksi, dengan beberapa orang tua merasa terbebani oleh PR anak-anak mereka, sementara yang lain berpendapat bahwa PR tetap penting sebagai sarana pengulangan materi dan pembentukan disiplin belajar.

Seorang ibu bernama Nuraini, mengungkapkan bahwa ia seringkali merasa kewalahan dengan PR yang diberikan kepada anaknya. Ia mengaku seringkali harus mendampingi dan bahkan mengoreksi pekerjaan anaknya, yang membuatnya kesulitan membagi waktu dengan pekerjaan rumah tangga lainnya. Nuraini mendukung pengurangan porsi PR, namun tidak setuju jika PR dihapus sepenuhnya. Ia khawatir anaknya akan kehilangan kebiasaan belajar jika tidak ada PR yang diberikan.

"Sebenarnya saya setuju kalau PR dikurangi. Soalnya kadang PR malah jadi kerjaan saya. Anak saya kan kadang nanya-nanya terus, belum paham," ujarnya. Ia mengusulkan agar PR diganti dengan tugas mingguan yang lebih menarik dan tidak membebani orang tua. Misalnya, tugas yang ringan dengan satu atau dua soal latihan, atau proyek mingguan yang lebih seru.

Berbeda dengan Nuraini, Dedi, seorang ayah dari siswa SMP kelas 2, menolak wacana penghapusan PR. Ia berpendapat bahwa PR penting sebagai pengulangan materi di rumah dan membantu anak-anak untuk tidak terlalu larut dalam kegiatan hiburan seperti bermain gawai. Dedi khawatir jika PR dihapus, anak-anak akan semakin jauh dari kebiasaan membaca dan menulis.

"Saya tidak setuju. PR itu penting buat ngulang pelajaran. Anak saya kalau enggak ada PR, main game mulu. Enggak belajar," katanya. Ia juga menambahkan bahwa PR membantu membentuk rasa tanggung jawab dan kedisiplinan belajar di rumah.

Meski demikian, Dedi sepakat bahwa PR tidak perlu diberikan secara berlebihan. Ia menyarankan agar guru memberikan PR yang cukup, sehingga anak-anak tetap belajar tanpa merasa terbebani. Ia mengusulkan pemberian satu atau dua tugas saja, agar tidak membuat siswa merasa pusing.

Perdebatan mengenai penghapusan PR ini menunjukkan bahwa orang tua memiliki pandangan yang berbeda-beda mengenai manfaat dan dampak PR terhadap anak-anak mereka. Beberapa orang tua merasa terbebani dan menganggap PR sebagai tambahan pekerjaan bagi mereka, sementara yang lain berpendapat bahwa PR tetap penting sebagai sarana pengulangan materi dan pembentukan disiplin belajar. Pemerintah dan pihak sekolah perlu mempertimbangkan berbagai pandangan ini dalam membuat kebijakan terkait PR, agar dapat memberikan yang terbaik bagi perkembangan pendidikan anak-anak.

Beberapa poin yang menjadi sorotan dalam perdebatan ini antara lain:

  • Beban Orang Tua: Banyak orang tua merasa terbebani dengan PR anak-anak mereka, terutama jika mereka harus mendampingi dan mengoreksi pekerjaan anak.
  • Pengulangan Materi: PR dianggap penting sebagai sarana pengulangan materi yang telah dipelajari di sekolah, sehingga anak-anak dapat lebih memahami dan mengingat pelajaran.
  • Disiplin Belajar: PR membantu membentuk rasa tanggung jawab dan disiplin belajar di rumah, sehingga anak-anak terbiasa untuk belajar secara mandiri.
  • Ketergantungan pada Gawai: Beberapa orang tua khawatir jika PR dihapus, anak-anak akan semakin ketergantungan pada gawai dan melupakan pelajaran.
  • Alternatif PR: Beberapa orang tua mengusulkan agar PR diganti dengan tugas mingguan yang lebih menarik dan tidak membebani orang tua, seperti proyek atau tugas praktik.