Suramnya Nasib Sang Penguasa: Macan Tutul Jawa dan Harimau Jawa di Ambang Kepunahan
Di rimba belantara Pulau Jawa, kisah dua predator agung, macan tutul jawa (Panthera pardus melas) dan harimau jawa (Panthera tigris sondaica), kini terukir dengan tinta keprihatinan. Status keduanya sebagai penguasa rantai makanan di ekosistem Jawa, yang dulunya begitu kokoh, kini rapuh dihempas badai perubahan lingkungan dan aktivitas manusia.
Macan tutul jawa, sang pemburu bertotol yang masih berjuang mempertahankan eksistensinya, kini hanya tersisa dalam jumlah yang sangat memprihatinkan. Riset Java Wide Leopard Survey (JWLS) yang diinisiasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) sejak Februari 2024, menunjukkan bahwa macan tutul jawa menduduki posisi predator terbesar di Jawa hingga tahun 2025. Keberadaan mereka pun terekam di beberapa kawasan konservasi, seperti Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) dan Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC). Namun, jumlah individu yang terpantau sangatlah sedikit, mengisyaratkan populasi yang terancam.
- Ciri khas macan tutul adalah:
- Tubuh ramping
- Kaki pendek kuat
- Otot rahang kuat
- Warna bulu kuning kecoklatan atau kuning muda dengan bintik hitam
- Varian gelap dikenal sebagai macan kumbang
Sementara itu, nasib harimau jawa jauh lebih tragis. Laporan International Union for Conservation of Nature (IUCN) pada tahun 2008 menyatakan bahwa harimau jawa telah punah akibat deforestasi dan peningkatan populasi manusia. Alih fungsi lahan hutan primer telah merampas habitat alami mereka, menghilangkan tempat berburu, berkembang biak, dan berlindung.
Kendati demikian, secercah harapan masih menyala. Beberapa peneliti meyakini bahwa harimau jawa mungkin masih bersembunyi di kedalaman hutan-hutan terpencil. Keyakinan ini didasarkan pada temuan material genetik pada sehelai bulu harimau yang ditemukan di Sukabumi pada tahun 2019. Hutan seperti Petungkriyono di Jawa Tengah, dinilai masih berpotensi menjadi habitat bagi sang raja hutan yang hilang.
Namun, legenda tentang dominasi macan tutul jawa dan harimau jawa sebagai predator penguasa hutan, kini hanyalah cerita masa lalu. Populasi macan tutul jawa diperkirakan tidak lebih dari 700 ekor di seluruh Jawa dan Bali. Sedangkan harimau jawa, diyakini telah punah sejak tahun 1980-an.
Peran predator dalam menjaga keseimbangan ekosistem sangatlah vital. Mereka mengontrol populasi mangsa, mencegah ledakan populasi yang dapat merusak lingkungan. Keberadaan predator juga menjadi indikator kesehatan dan daya dukung alam.
Menghilangnya predator dari ekosistem Jawa, akibat alih fungsi hutan primer, harusnya menjadi sinyal peringatan bagi manusia. Keseimbangan alam yang terganggu dapat menimbulkan konsekuensi buruk bagi kelangsungan hidup generasi mendatang. Upaya konservasi habitat, penegakan hukum terhadap perburuan ilegal, dan peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kelestarian alam, adalah langkah-langkah krusial untuk mencegah kepunahan lebih lanjut dan memulihkan kembali kejayaan predator-predator Jawa.