Menavigasi 'Sindrom Tikus': Panduan Orang Tua dalam Mendampingi Generasi Z yang Rentan Burnout
Fenomena "manusia tikus" atau rat race, sebuah istilah yang mencuat di kalangan Generasi Z (Gen Z), khususnya di Tiongkok, menjadi sorotan. Perilaku ini, yang ditandai dengan menarik diri dari aktivitas sosial, tidur larut malam, dan menghabiskan waktu di dalam kamar, sering kali disalahartikan sebagai kemalasan belaka. Padahal, di balik itu bisa jadi tersembunyi masalah yang lebih kompleks.
Psikolog klinis dewasa, Adelia Octavia Siswoyo, M.Psi., menekankan pentingnya bagi orang tua untuk memahami bahwa perilaku ini tidak selalu menunjukkan kemalasan. Lebih jauh, hal tersebut bisa menjadi sinyal bahwa anak sedang mengalami burnout atau kelelahan emosional akibat tekanan hidup yang berlebihan. Oleh karena itu, pendekatan yang empatik dan suportif sangat dibutuhkan.
Lantas, bagaimana seharusnya orang tua bersikap dalam menghadapi anak yang menunjukkan gejala burnout dan memilih untuk menjadi "manusia tikus"? Berikut adalah beberapa panduan yang bisa diterapkan:
-
Memahami Perspektif Gen Z tentang Burnout: Orang tua perlu menyadari bahwa Gen Z memiliki cara pandang yang berbeda tentang burnout dibandingkan generasi sebelumnya. Mereka cenderung lebih terbuka dalam mengakui kelelahan mental dan lebih berani mengambil jeda untuk memulihkan diri. Ketika anak terlihat lelah, menarik diri dari pergaulan, atau kehilangan minat pada aktivitas yang dulu disukai, ini bisa menjadi tanda bahwa mereka sedang mengalami burnout.
-
Menjadi Pengingat yang Lembut, Bukan Penghakiman: Jika anak mulai terlalu lama menghindari tanggung jawab, orang tua perlu hadir sebagai pengingat, namun dengan cara yang halus dan tidak menghakimi. Penting untuk menyampaikan bahwa tanggung jawab tetap perlu diselesaikan sebelum beristirahat. Jangan menuntut secara keras, melainkan ingatkan bahwa istirahat dan tanggung jawab perlu berjalan seimbang.
-
Menghindari Sikap Menggurui: Alih-alih memarahi atau menceramahi anak, bangunlah komunikasi yang terbuka dan jujur. Hindari gaya komunikasi yang menggurui karena Gen Z cenderung tidak menyukainya. Mereka tumbuh dengan nilai kebebasan berpikir dan akses informasi yang luas, sehingga pendekatan otoriter justru bisa membuat mereka menjauh.
-
Memberi Ruang untuk Eksplorasi dan Pemahaman Diri: Gen Z memiliki keinginan kuat untuk belajar dan mencari tahu dari sumber mereka sendiri. Biarkan mereka membangun kesadaran dari informasi yang mereka peroleh, sembari tetap memberikan arahan secara perlahan. Dukung mereka untuk mengeksplorasi minat dan bakat mereka, serta mencari solusi untuk masalah yang mereka hadapi.
-
Tidak Membandingkan Antar Generasi: Salah satu kesalahan umum yang sering dilakukan orang tua adalah membandingkan masa muda mereka dengan anak-anaknya. Tindakan ini justru bisa memperlebar jarak emosional dan membuat anak enggan untuk berbagi keluh kesah. Setiap generasi memiliki tantangannya masing-masing. Penting bagi orang tua untuk melihat situasi hari ini dari sudut pandang anak, bukan hanya dari pengalaman pribadi di masa lalu.
Menghadapi fenomena "manusia tikus" pada Gen Z membutuhkan pemahaman, kesabaran, dan empati dari orang tua. Dengan pendekatan yang tepat, orang tua dapat membantu anak-anak mereka mengatasi burnout dan menemukan keseimbangan dalam hidup.