PT Gag Nikel Bantah Isu Kerusakan Lingkungan di Raja Ampat Akibat Aktivitas Pertambangan
Polemik aktivitas pertambangan di Raja Ampat terus bergulir. PT Gag Nikel, perusahaan yang beroperasi di wilayah tersebut, dengan tegas membantah tudingan bahwa kegiatan penambangan mereka telah menyebabkan kerusakan lingkungan, khususnya di Pulau Gag.
Arya Arditya, Plt Presiden Direktur PT Gag Nikel, menyatakan bahwa wilayah operasional perusahaan tidak termasuk dalam kawasan Geopark Raja Ampat yang telah ditetapkan. Ia menyayangkan penyebaran informasi yang dianggapnya tidak benar dan berpotensi merugikan nama baik perusahaan.
"Kami sangat menyesalkan berita bohong yang beredar yang menyatakan bahwa PT Gag Nikel telah merusak Pulau Gag. Kami telah melakukan berbagai upaya dalam menjalankan operasional yang berkelanjutan agar tidak merusak Pulau Gag," ujar Arya dalam keterangan tertulisnya.
Perusahaan mengklaim telah menerapkan standar operasional yang ketat dalam pengelolaan limbah, termasuk pengoperasian sistem drainase, sump pit, dan kolam pengendapan untuk menampung air larian. Proses pengolahan air limbah dilakukan melalui lima kompartemen sebagai filter dan tempat sedimentasi. Air atau limpasan hasil hujan diendapkan terlebih dahulu sebelum dialirkan ke badan sungai. PT Gag Nikel juga melakukan pengukuran Total Suspended Solids (TSS) setiap hari untuk memastikan air limbah memenuhi standar yang berlaku sebelum dibuang.
PT Gag Nikel juga mengklaim telah memperoleh persetujuan teknis Baku Mutu Air Limbah (BMAL) untuk pengelolaan air larian. Selain itu, perusahaan aktif melakukan rehabilitasi Daerah Aliran Sungai (DAS) dan konservasi terumbu karang di sekitarnya. Residu limbah dari kolam penampungan sedimentasi yang mengering dipindahkan ke tempat penampungan khusus yang telah ditentukan.
Arya menjelaskan bahwa aktivitas penambangan nikel di Pulau Gag telah berlangsung jauh sebelum Raja Ampat dikenal sebagai destinasi wisata populer. Secara geologis, wilayah tersebut dipengaruhi oleh Sesar Sorong, yang memisahkan kerak Samudra Pasifik dan kerak Benua Australia. Mineral nikel terbentuk melalui proses lateritisasi pada singkapan kerak samudra.
PT Gag Nikel menegaskan komitmennya untuk terus bekerja sama dengan pemerintah dan menegakkan prinsip-prinsip Good Mining Practices dalam setiap kegiatan operasionalnya. Perusahaan memandang dirinya sebagai bagian dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang memiliki tanggung jawab untuk mendukung pembangunan nasional secara berkelanjutan.
"Kami juga siap mendukung langkah Menteri LH dalam melakukan pendalaman terhadap upaya pemulihan lingkungan yang selama ini telah dilakukan oleh Gag Nikel," imbuh Arya.
Sejak memperoleh Izin Operasi Produksi dari Kementerian ESDM pada tahun 2017 dan mulai beroperasi pada tahun 2018, PT Gag Nikel telah melaksanakan berbagai program keberlanjutan, di antaranya:
- Reklamasi Area Tambang: Hingga Desember 2024, luas lahan reklamasi mencapai 131,42 hektare, dengan penanaman lebih dari 350.000 pohon, termasuk 70.000 pohon endemik dan lokal.
- Rehabilitasi Daerah Aliran Sungai (DAS): Sejak 2018 hingga Desember 2024, PT GAG telah merehabilitasi 666,6 hektare DAS, dengan 231,1 hektare tanaman berhasil tumbuh.
- Konservasi Terumbu Karang: Program transplantasi terumbu karang seluas kurang lebih 1.000 m² dilaksanakan di kawasan pesisir Raja Ampat.
- Pemantauan Kualitas Lingkungan: Data tahun 2024 menunjukkan bahwa kadar SO₂, NO₂, PM₁₀, dan PM₂.₅ di titik dermaga, tambang, dan lokasi pit tetap jauh di bawah ambang batas. Air limbah tambang memiliki pH stabil (7-8), TSS hanya 5-27 mg/L (baku mutu: 200 mg/L), dan kadar Chromium VI tercatat 0,03-0,07 mg/L (batas: 0,1 mg/L). Tingkat kebisingan di seluruh titik pemantauan tidak melebihi 70 dBA.
Sorotan terhadap aktivitas pertambangan di Pulau Gag muncul karena lokasinya yang berada di pulau kecil. Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) Nomor 35/PUU-XXI/2023 melarang aktivitas tambang di wilayah pesisir dan pulau kecil. Selain itu, RTRW Raja Ampat 2022-20242 dan Perpres 81/2023 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional Kawasan Konservasi Keanekaragaman Hayati Raja Ampat tidak memuat area pertambangan.
Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhani menekankan bahwa Raja Ampat bukan hanya destinasi wisata prioritas, tetapi juga memiliki nilai tinggi karena masuk dalam daftar UNESCO Global Geopark, pusat terumbu karang dunia, dan kawasan konservasi perairan nasional.