Buaya Muara 2 Meter Resahkan Warga Surabaya: Dipelihara 6 Tahun di Bawah Tangga Rumah

Di tengah hiruk pikuk Kota Surabaya, sebuah kisah unik sekaligus mengkhawatirkan terungkap. Zainudin (52), seorang warga Jalan Manyar Sabrangan III, selama enam tahun terakhir memelihara seekor buaya muara sepanjang dua meter di bawah tangga rumahnya. Reptil bernama Coki ini, awalnya ditemukan saat masih berukuran kecil, kini menjadi perhatian serius karena ukurannya yang terus membesar dan potensi bahaya yang ditimbulkan.

Kisah pertemanan tak lazim ini bermula ketika Zainudin sedang memancing di Sungai Jagir. Alih-alih ikan, ia justru mendapati seekor anak buaya dengan panjang sekitar 60 cm. Merasa kasihan, Zainudin membawa pulang anak buaya tersebut dan menempatkannya di kolam bekas budidaya lele yang berada di dalam rumahnya. Kolam tersebut terletak di bawah tangga, kondisi yang lembap dan minim cahaya menjadi habitat sementara bagi Coki.

Buaya itu kemudian diberi nama Coki, sebuah nama yang terinspirasi dari kata "crocodile". Zainudin mengaku, saat masih kecil, Coki terlihat lucu dan menggemaskan, sehingga ia memutuskan untuk memeliharanya. Namun, seiring berjalannya waktu dan pertumbuhan Coki yang signifikan, kekhawatiran mulai menghantui Zainudin. Ukuran buaya yang semakin besar menimbulkan risiko yang tidak bisa diabaikan.

Selama enam tahun dipelihara, Coki mendapatkan asupan makanan berupa kepala ayam sebanyak satu kilogram setiap harinya. Pola makan ini tampaknya cukup untuk menunjang pertumbuhan Coki hingga mencapai ukuran dua meter. Kabar tentang keberadaan buaya peliharaan di rumah Zainudin pun menyebar dengan cepat, menarik perhatian warga sekitar yang penasaran ingin melihat langsung hewan reptil tersebut.

Namun, rasa penasaran dan keunikan situasi ini tidak dapat menutupi potensi bahaya yang ada. Zainudin akhirnya memutuskan untuk meminta bantuan kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Surabaya untuk mengevakuasi Coki. Ia mengaku sudah sejak lama ingin menyerahkan buaya tersebut ke pihak yang berwenang, namun tidak tahu kemana harus menghubungi. Kesadaran akan risiko yang semakin meningkat mendorongnya untuk segera mengambil tindakan.

BPBD Surabaya merespons cepat permintaan evakuasi tersebut. Rencananya, evakuasi akan dilakukan dengan berkoordinasi dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA). Proses evakuasi ini diharapkan dapat berjalan lancar dan aman, baik bagi petugas maupun bagi Coki sendiri.

Kisah Coki ini menjadi pengingat tentang pentingnya menjaga keseimbangan antara rasa sayang terhadap hewan dan kesadaran akan risiko yang mungkin timbul, terutama ketika berhadapan dengan hewan liar. Semoga Coki mendapatkan tempat yang lebih layak dan aman di habitat yang sesuai dengan spesiesnya.