Gempa Bumi Guncang Pangandaran: Analisis Geologis Ungkap Penyebab dan Dampak

Gempa Bumi M 5,0 Guncang Pangandaran, Jawa Barat: Analisis Badan Geologi

Pada Senin malam, 9 Juni 2025, pukul 23.55 WIB, wilayah Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, diguncang gempa bumi dengan magnitudo 5,0. Episenter gempa ini terletak di koordinat 8,08° Lintang Selatan dan 108,72° Bujur Timur, sekitar 48 kilometer tenggara Kabupaten Pangandaran, dengan kedalaman mencapai 47 kilometer.

Badan Geologi melakukan analisis mendalam terkait gempa bumi ini. Hasil analisis menunjukkan bahwa gempa tersebut merupakan jenis gempa bumi interplate. Lokasi pusat gempa yang berada di laut, berdekatan dengan wilayah yang memiliki morfologi beragam, mulai dari dataran hingga pegunungan terjal, menjadi perhatian khusus.

Kondisi Geologis Wilayah Terdampak

Struktur tanah di sekitar pusat gempa didominasi oleh tanah keras (kelas C), tanah sedang (kelas D), dan sebagian besar tanah lunak (kelas E). Komposisi batuan terdiri dari batuan sedimen berumur Tersier, endapan Kuarter non-vulkanik, sebagian endapan Kuarter vulkanik, serta batuan berumur pra-Tersier.

Kondisi batuan yang telah mengalami pelapukan, terutama batuan sedimen Tersier dan endapan Kuarter, memiliki sifat urai, lepas, lunak, dan belum kompak. Kondisi ini dapat memperkuat efek guncangan gempa bumi dan meningkatkan potensi kerawanan terhadap gempa.

Mekanisme Gempa dan Kaitannya dengan Aktivitas Subduksi

Data lokasi, kedalaman, dan mekanisme fokal gempa menunjukkan adanya arah kompresi maksimum barat daya-timur laut. Hal ini menghasilkan mekanisme gempa sesar naik dengan komponen oblique berarah barat laut-tenggara.

Berdasarkan solusi mekanisme fokal dan kedalaman zona Benioff, gempa ini berkaitan erat dengan aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia terhadap Lempeng Eurasia di selatan Jawa. Ini mengindikasikan bahwa gempa Pangandaran merupakan bagian dari aktivitas gempa bumi interplate yang kompleks.

Dampak Guncangan dan Potensi Tsunami

Sebagian besar permukiman penduduk yang merasakan guncangan gempa bumi berada di Kawasan Rawan Bencana (KRB) gempa bumi dengan tingkat kerawanan rendah hingga tinggi. Meskipun demikian, Badan Geologi memastikan bahwa gempa bumi ini tidak berpotensi menyebabkan tsunami.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat intensitas guncangan gempa. Di Kabupaten Pangandaran, guncangan mencapai skala III MMI (Modified Mercalli Intensity). Sementara itu, di wilayah Cilacap, Banyumas, Kebumen, Tasikmalaya, dan Garut, guncangan terasa dengan intensitas II–III MMI.

Hingga saat ini, belum ada laporan mengenai kerusakan bangunan atau korban jiwa akibat gempa bumi tersebut. Pihak berwenang terus melakukan pemantauan dan evaluasi untuk memastikan keamanan masyarakat di wilayah terdampak.