Kedai Sejarah Kopi Bogor: Menjelajahi Jejak Legenda Kopi Sambil Menikmati Aroma Khas
Bogor, kota yang kaya akan sejarah dan budaya, ternyata juga menyimpan jejak panjang dalam dunia perkopian. Di balik lanskapnya yang sejuk, bersemi merek-merek kopi legendaris yang telah menemani masyarakat dari generasi ke generasi. Kini, untuk menikmati dan mempelajari sejarah kopi Bogor, tak perlu lagi berkeliling mencari satu per satu produsen. Cukup kunjungi Kedai Sejarah Kopi, sebuah oase bagi para pencinta kopi dan sejarah.
Kedai yang terletak di Jalan RE Abdullah ini, lahir dari kolaborasi Jaka Afrizal Fey (Dirga) dan pegiat sejarah Pinot Johnny. Lokasinya yang strategis, berada di area selasar restoran Sambal Ayang Bebep, menawarkan pengalaman yang unik. Pengunjung dapat menikmati hidangan Sunda lezat, kemudian melanjutkan dengan secangkir kopi sambil menggali informasi mengenai asal usul kopi Bogor.
Menu kopi di Kedai Sejarah Kopi diracik dengan menggunakan bahan-bahan dari merek kopi legendaris Bogor. Setiap menu, mulai dari Kopi Tubruk klasik, V-60, Vietnam Drip, hingga kopi susu kekinian, selalu menyertakan nama merek legendaris seperti Cap Babah Sipit, Opelet, Teko, atau Liong. Harga yang terjangkau, berkisar antara Rp 15.000 hingga Rp 28.000, membuat kedai ini semakin menarik.
Sambil menunggu pesanan kopi, pengunjung dapat menikmati sajian informasi menarik seputar sejarah kopi di Bogor. Pinot Johnny, sang 'Kuncen Bogor', dengan antusias berbagi cerita mengenai asal usul kopi di Nusantara, jejak para pengusaha kopi legendaris, hingga kisah 'Kaldi dan Kambing-kambing Menari'.
Menurut Johnny, kopi pertama kali hadir di Nusantara pada awal abad ke-18, dibawa oleh Gubernur Jenderal VOC Abraham van Riebeeck. Bibit kopi dari Malabar, India, ditanam di lereng-lereng sungai Buitenzorg (Bogor), menandai awal mula perkembangan komoditas kopi di Hindia Belanda. Seiring waktu, penanaman kopi menyebar ke berbagai daerah di Jawa dan Sumatera, termasuk Tapanuli. Bahkan, Gunung Malabar di Jawa Barat, yang terkenal dengan kopi Arabicanya, diyakini berasal dari kata Malabar, asal biji kopi pertama yang dibawa oleh Riebeeck.
"Di Bogor ada satu kawasan yang bernama Kebon Kopi, karena dulunya dikenal sebagai area perkebunan kopi. Kawasan tersebut kemudian menjadi pemukiman elit bergaya Eropa dan dijuluki 'Kota Paris' (sekarang berada di Jalan Semboja)," jelas Johnny.
Pada tahun 1866, pengolahan kopi skala besar mulai dibangun di Buitenzorg. Kopi kualitas tinggi diekspor ke Eropa, sementara kopi dengan kualitas lebih rendah dijual untuk konsumsi lokal. Tradisi minum kopi pun tumbuh subur di masyarakat, yang ditandai dengan munculnya berbagai produsen kopi lokal yang legendaris.
Merek-merek kopi legendaris seperti Tjap Kacamata (Bah Sipit), Tjap Teko, Tjap Opelet, Kopi Liong Obor, dan Liong Bulan, masih bertahan hingga kini. Beberapa di antaranya bahkan masih mempertahankan kemasan klasik berbahan kertas cokelat dan lokasi produksi yang otentik, menambah nilai sejarah dan nostalgia bagi para penggemarnya.
Abdullah (Dullah) Abubakar Batarfie, seorang penikmat kopi premium, memberikan pandangannya mengenai kekhasan cita rasa kopi racikan merek-merek legendaris Bogor. "Kalau Bah Sipit lebih strong baik rasa maupun wanginya. Oplet berasa kopi bubuk jadulnya," ujarnya. Ia menambahkan bahwa Kopi Bah Sipit, karena terlalu asam, kurang bersahabat bagi lambung. Karena itu, ia kini memilih Tjap Teko premium yang memiliki komposisi robusta lebih banyak (60%) dibandingkan arabica (40%).
Bagi mereka yang tidak terlalu menyukai kopi, Kedai Sejarah Kopi juga menawarkan menu alternatif yang menyegarkan, yaitu Sparkling Coffee atau Kopi Soda. Minuman ini terbuat dari campuran kopi espresso, sparkling water, irisan jeruk, dan es. Rasanya yang unik, menyerupai rootbeer atau sarsaparilla, membawa kembali kenangan masa lalu.
Kedai Sejarah Kopi bukan hanya sekadar tempat untuk menikmati kopi, tetapi juga menjadi sarana untuk mengenal lebih dekat sejarah dan budaya kopi Bogor. Sambil menyeruput kopi, pengunjung dapat menyelami cerita di balik setiap merek legendaris, menjadikannya pengalaman yang bermakna dan tak terlupakan.