Gelombang Panas Makkah Picu Gangguan Kesehatan Jemaah Haji Kalimantan Utara

Gelombang panas ekstrem yang melanda Makkah, Arab Saudi, dengan suhu mencapai 45 derajat Celcius, berdampak pada kesehatan jemaah haji asal Kalimantan Utara. Sejumlah jemaah yang tergabung dalam kloter 5 Embarkasi Balikpapan dilaporkan mengalami penurunan kondisi fisik pasca-Armuzna (Arofah, Muzdalifah, Mina).

Dokter Irnawati, Tenaga Kesehatan Haji Kloter (TKHK) yang bertugas mendampingi jemaah, melaporkan bahwa sebagian jemaah mengalami demam tinggi, batuk, pilek, dan muntah-muntah akibat kelelahan dan cuaca ekstrem. Kloter 5 BPN Embarkasi Balikpapan, beranggotakan 359 orang, telah menyelesaikan rangkaian ibadah haji, termasuk wukuf di Arafah, mabit di Muzdalifah dan Mina, serta melontar jumrah.

"Hari kedua pasca Armuzna, ada beberapa jemaah yang mengalami demam tinggi, batuk, pilek termasuk muntah-muntah, karena kelelahan dan faktor cuaca yang ekstrem yang mencapai suhu 45 derajat Celcius," ungkap dr. Irnawati.

Tim kesehatan kloter, yang terdiri dari dr. Irnawati dan perawat Nur Alam Mulidin, terus berupaya memberikan penanganan medis kepada jemaah yang sakit. Sejauh ini, kondisi jemaah masih dapat ditangani tanpa perlu dirujuk ke Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) atau Rumah Sakit Arab Saudi (RSAS).

Sebagai langkah antisipasi, petugas kesehatan terus memantau kondisi kesehatan jemaah, terutama yang memiliki risiko tinggi (risti). Pemantauan meliputi kontrol tekanan darah, kadar gula darah, kolesterol, dan asam urat.

Selain itu, edukasi kesehatan terus diberikan kepada jemaah untuk menjaga kondisi fisik mereka. Jemaah diimbau untuk:

  • Istirahat yang cukup
  • Makan teratur
  • Minum air sesering mungkin
  • Mengkonsumsi obat-obatan rutin
  • Menggunakan alat pelindung diri (APD) seperti payung, topi, masker, semprotan air, dan alas kaki saat berada di luar hotel atau tenda, terutama saat di Arafah dan Mina.

Dr. Irnawati mencatat, dua jemaah haji kloter 5 BPN mengikuti safari wukuf karena kondisi sakit dan lansia. Sementara itu, 68 jemaah mengikuti program Murur (melintas Muzdalifah tanpa bermalam) karena menggunakan kursi roda, lansia, atau memiliki penyakit penyerta seperti tekanan darah tinggi, diabetes melitus, dan penyakit jantung.

Dengan sisa waktu sekitar 12 hari sebelum kepulangan ke Tanah Air, jemaah diimbau untuk memanfaatkan waktu tersebut untuk beribadah sunnah atau mengunjungi tempat-tempat bersejarah di Makkah, dengan tetap menjaga kesehatan.