WHO Pertahankan Status Darurat Global Mpox Hingga 2025: Kewaspadaan dan Pencegahan Jadi Kunci
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) secara resmi memperpanjang status darurat kesehatan masyarakat terkait monkeypox (Mpox) hingga 20 Agustus 2025. Keputusan ini diambil setelah evaluasi mendalam oleh Komite Darurat Peraturan Kesehatan Internasional yang keempat pada 5 Juni 2025.
Langkah ini menunjukkan bahwa risiko penularan Mpox secara global masih menjadi perhatian serius. Dalam pengumuman yang dirilis pada 9 Juni 2025, WHO juga memberikan serangkaian rekomendasi yang ditujukan kepada negara-negara anggota untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan respons terhadap penyebaran virus Mpox. Secara khusus, rekomendasi ini menargetkan negara-negara yang mengalami penularan komunitas yang berkelanjutan dan peningkatan kasus Mpox klade Ib terkait dengan aktivitas perjalanan internasional.
Mengenal Lebih Dekat Virus Mpox
WHO pertama kali menetapkan status darurat Mpox pada 14 Agustus 2024, sebagai respons terhadap lonjakan kasus yang signifikan di Republik Demokratik Kongo dan beberapa negara Afrika lainnya. Virus Mpox sendiri terbagi menjadi dua jenis utama, yaitu klade I dan klade II. Meskipun keduanya memiliki mekanisme penularan dan pencegahan yang serupa, terdapat perbedaan signifikan dalam tingkat keparahan penyakit yang ditimbulkannya.
-
Mpox Klade I: Umumnya ditemukan di wilayah Afrika Tengah dan Timur. Kasus terkait perjalanan dengan klade I juga dilaporkan di berbagai negara di Afrika, Australia, Eropa, Asia, Amerika Utara, dan Amerika Serikat. Klade I cenderung menyebabkan penyakit yang lebih parah dibandingkan dengan klade II.
-
Mpox Klade II: Jenis ini pertama kali muncul di Afrika Barat. Pada tahun 2017, Nigeria menjadi pusat penyebaran klade II, yang kemudian meluas secara global pada tahun 2022. Wabah global Mpox yang sedang berlangsung saat ini disebabkan oleh subklade IIb.
Gejala dan Manifestasi Klinis Mpox
Memahami gejala Mpox sangat penting untuk deteksi dini dan pencegahan penyebaran lebih lanjut. Menurut WHO, gejala biasanya muncul dalam rentang waktu satu hingga tiga minggu setelah terpapar virus. Durasi penyakit biasanya berlangsung antara dua hingga empat minggu, tetapi dapat berlangsung lebih lama pada individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah. Gejala umum Mpox meliputi:
- Ruam pada kulit
- Demam
- Sakit tenggorokan
- Sakit kepala
- Nyeri otot
- Sakit punggung
- Kelelahan
- Pembengkakan kelenjar getah bening
Ruam seringkali menjadi tanda pertama infeksi Mpox. Ruam dapat muncul di wajah dan menyebar ke seluruh tubuh, termasuk telapak tangan dan kaki. Ruam juga dapat muncul di area genital. Ruam dimulai sebagai bintik-bintik datar yang kemudian berkembang menjadi lepuh berisi cairan. Lesi ini dapat terasa gatal atau nyeri. Seiring waktu, lesi akan mengering, mengeras, dan akhirnya mengelupas. Jumlah lesi dapat bervariasi dari satu hingga ratusan.
Strategi Pencegahan Penularan Mpox
Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan telah mengeluarkan panduan dan rekomendasi untuk mencegah penularan Mpox. Langkah-langkah pencegahan yang efektif meliputi:
- Vaksinasi: Vaksinasi sangat dianjurkan, terutama bagi individu yang belum pernah menerima vaksin cacar atau yang telah terpapar dengan orang atau lingkungan yang terkontaminasi Mpox.
- Kebersihan Tangan: Mencuci tangan secara teratur dengan sabun dan air mengalir atau menggunakan hand sanitizer sangat penting, terutama sebelum dan sesudah menyentuh barang atau beraktivitas di tempat umum.
- Disinfeksi: Membersihkan permukaan dan barang-barang yang sering disentuh dengan disinfektan dapat membantu mengurangi risiko penyebaran virus.
- Penggunaan Masker: Penggunaan masker di ruang publik atau di luar ruangan dapat membantu mencegah penularan melalui droplet pernapasan.
- Keamanan Pangan: Memastikan daging dimasak hingga matang dapat membunuh virus yang mungkin ada di dalamnya.
- Hindari Kontak: Hindari kontak langsung dengan hewan yang sakit atau mati mendadak, serta dengan individu yang menunjukkan gejala Mpox.
- Perilaku Seksual Aman: Mempraktikkan perilaku seksual yang aman, seperti menghindari berganti-ganti pasangan dan menggunakan kondom, dapat mengurangi risiko penularan.
- Penggunaan APD: Petugas kesehatan dan individu yang merawat pasien Mpox harus menggunakan alat pelindung diri (APD) yang sesuai untuk mencegah penularan.
Dengan menerapkan langkah-langkah pencegahan ini secara konsisten, kita dapat melindungi diri sendiri, keluarga, dan komunitas dari ancaman Mpox.