Tragis, Harimau Sumatera di Jambi Meregang Nyawa Setelah Terjerat

Kabar duka menyelimuti dunia konservasi, seekor Harimau Sumatera ditemukan mati setelah menjalani perawatan intensif selama 28 hari. Kematian satwa dilindungi ini diduga kuat disebabkan oleh infeksi virus panleukopenia, yang menyerang saat kondisi fisiknya menurun drastis akibat luka jerat.

Agung Nugroho, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jambi, dalam konferensi persnya mengungkapkan keprihatinannya atas kejadian ini. Ia menekankan bahwa peluang hidup Harimau Sumatera yang terkena jerat sangat kecil, hanya sekitar 50 persen. Penanganan luka jerat pada harimau sangat kompleks dan membutuhkan upaya medis yang intensif. Agung menghimbau kepada seluruh lapisan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran dan berperan aktif dalam mencegah pemasangan jerat di habitat harimau. Ia berharap tidak ada lagi kasus evakuasi harimau akibat luka parah yang disebabkan oleh jerat.

Kronologi Perawatan dan Kematian

Perjuangan harimau ini untuk bertahan hidup dimulai sejak 28 Mei, ketika pelindung luka yang dipasang pasca-operasi terlepas. Sempat ada harapan ketika pada tanggal 2 Juni, setelah operasi dan perawatan medis, nafsu makannya meningkat dan menunjukkan respons positif terhadap lingkungan sekitarnya.

Namun, kondisi luka pada kaki harimau memburuk pada tanggal 4 Juni. Luka tersebut mengeluarkan cairan akibat peradangan. Jaringan di sekitar luka mengalami nekrosis, dan terdapat luka tambahan di bagian belakang kaki kanannya. Meski demikian, nafsu makannya masih baik.

Perkembangan kondisi harimau semakin mengkhawatirkan pada tanggal 8 Juni, luka terus mengeluarkan cairan dan mengalami peradangan. Sementara itu, luka pada kaki menunjukkan sedikit kemajuan dalam penyembuhan.

Sehari kemudian, pada tanggal 9 Juni, harimau menolak makan. Bahkan, kambing hidup yang dimasukkan ke dalam kandang tidak menarik perhatiannya. Pada pagi hari, harimau tersebut muntah dan tinjanya mengandung darah. Kondisinya terus melemah, ia berjalan sempoyongan dan sering berendam di kolam air. Meskipun telah diberikan suntikan obat, tubuh harimau tidak merespons.

Pada akhirnya, pada pukul 21.45, nyawa harimau tidak dapat diselamatkan. Tim medis telah berupaya semaksimal mungkin dengan memberikan obat-obatan, infus, dan suapan makanan. Setelah kematian, tim melakukan pembedahan untuk mengambil sampel guna menegakkan diagnosis pasti penyebab kematian.

Kronologi Evakuasi

Sebelum mendapatkan perawatan di tempat penyelamatan satwa (TPS) BKSDA Jambi, harimau tersebut dievakuasi dari hutan tanaman rakyat (HTR) Bungo Pandan, Desa Suo-suo, Kecamatan Sumay, Kabupaten Tebo. Proses evakuasi ini diawali dengan laporan dari Polsek Sumay pada tanggal 10 Mei 2025, tentang adanya harimau yang terjerat.

Sehari setelahnya, tim menerima laporan bahwa sling jerat telah terlepas, tetapi masih tersangkut di kaki harimau. Tim gabungan BKSDA Jambi dan masyarakat lokal melakukan survei lapangan pada tanggal 12 Mei untuk merencanakan evakuasi. Namun, upaya penembakan obat bius terhambat oleh rimbunnya semak belukar. Evakuasi dilanjutkan keesokan harinya dengan bantuan alat berat. Setelah area terbuka, harimau dengan berat 75 kilogram berhasil dibius dan dibawa ke TPS di Mendalo, Kecamatan Jambi Luar Kota, untuk mendapatkan perawatan medis intensif.