Upaya Aktivis Greta Thunberg Menuju Gaza Terhenti Akibat Intervensi Israel

Upaya aktivis iklim terkemuka, Greta Thunberg, untuk mengirimkan bantuan ke Gaza, Palestina, menemui jalan buntu setelah dicegat oleh pasukan Israel. Insiden ini terjadi saat Thunberg dan rombongannya berlayar menggunakan kapal bernama Madleen, yang merupakan bagian dari Freedom Flotilla Coalition.

Kronologi kejadian bermula ketika kapal Madleen, yang membawa 12 aktivis kemanusiaan termasuk Thunberg, berlayar dari Italia pada tanggal 1 Juni. Misi mereka adalah memberikan bantuan simbolis kepada warga Gaza dan meningkatkan kesadaran tentang krisis pangan yang melanda wilayah tersebut. Namun, di tengah perjalanan, kapal tersebut dihadang oleh militer Israel. Menurut Freedom Flotilla Coalition, kontak dengan kapal Madleen terputus setelah tentara Israel naik ke atas kapal. Organisasi tersebut juga menyebut tindakan Israel sebagai "penculikan" terhadap para penumpang.

Pemerintah Israel mengonfirmasi bahwa mereka telah mengalihkan kapal Madleen ke wilayah mereka. Tindakan ini secara efektif menggagalkan upaya Thunberg dan para aktivis lainnya untuk mencapai Gaza. Setelah penahanan, Thunberg dan aktivis lainnya dibawa ke bandara Ben Gurion di Tel Aviv untuk dideportasi.

Kementerian Luar Negeri Israel menyatakan bahwa Greta Thunberg telah meninggalkan Israel dengan penerbangan menuju Prancis. Meskipun tidak ada penjelasan resmi mengapa Thunberg diterbangkan ke Prancis dan bukan ke negara asalnya, Swedia, insiden ini memicu reaksi dari berbagai pihak.

Presiden Prancis, Emmanuel Macron, mendesak pembukaan kembali rute pasokan kemanusiaan ke Gaza. Pemerintah Prancis juga mengkonfirmasi bahwa enam warganya berada di dalam kapal Madleen dan meminta Israel untuk memastikan keselamatan mereka. Macron mengecam blokade kemanusiaan di Gaza sebagai skandal dan aib. Pemerintah Prancis menyatakan dukungan dan kewaspadaan terhadap warganya yang berada dalam bahaya.

Insiden ini menambah daftar panjang upaya aktivis pro-Palestina untuk menembus blokade Israel terhadap Gaza. Israel berdalih bahwa blokade tersebut diperlukan untuk mencegah masuknya senjata dan material yang dapat digunakan oleh kelompok militan Hamas yang menguasai Gaza. Namun, kelompok-kelompok hak asasi manusia mengecam blokade tersebut sebagai hukuman kolektif terhadap warga sipil Palestina.

Aksi Greta Thunberg dan Freedom Flotilla Coalition ini bertujuan untuk menyoroti penderitaan warga Gaza dan menyerukan diakhirinya blokade. Meskipun upaya mereka kali ini gagal, insiden ini kembali menarik perhatian dunia internasional terhadap situasi kemanusiaan yang memprihatinkan di Jalur Gaza.