Studi Ungkap Perbedaan Signifikan Penggunaan ChatGPT antara Generasi Z dan Milenial

Perbedaan Pemanfaatan ChatGPT oleh Gen Z dan Milenial Terungkap

Lanskap teknologi kecerdasan buatan (AI) terus berkembang pesat, dan ChatGPT menjadi salah satu platform yang paling banyak diperbincangkan. Namun, sebuah studi terbaru mengungkapkan perbedaan mencolok dalam cara generasi Z dan Milenial memanfaatkan teknologi ini. CEO OpenAI, Sam Altman, menyoroti perbedaan utama ini dalam sebuah acara yang diselenggarakan oleh Sequoia Capital.

Generasi Z, yang tumbuh besar dengan internet dan teknologi digital, cenderung melihat ChatGPT sebagai lebih dari sekadar alat bantu. Mereka memanfaatkannya sebagai "penasihat hidup", mencari bimbingan dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari keputusan karier hingga hubungan personal. Altman menjelaskan bahwa Gen Z seringkali tidak membuat keputusan penting tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan ChatGPT, menganggapnya sebagai sumber informasi yang komprehensif dan relevan.

  • Pemanfaatan ChatGPT oleh Generasi Z :
    • Penasihat Hidup: Mencari saran dan bimbingan dalam berbagai aspek kehidupan.
    • Pengambilan Keputusan: Menggunakan ChatGPT sebagai sumber informasi sebelum membuat keputusan penting.
    • Sistem Operasi Pribadi: Mengintegrasikan ChatGPT ke dalam alur kerja sehari-hari dan menghubungkannya dengan dokumen pribadi.

Sebaliknya, Milenial lebih cenderung menggunakan ChatGPT sebagai pengganti mesin pencari tradisional seperti Google. Mereka memanfaatkannya untuk mencari informasi dengan cepat dan efisien, tanpa terlalu bergantung pada saran atau bimbingan yang lebih personal. Bagi Milenial, ChatGPT adalah alat praktis untuk menemukan jawaban atas pertanyaan spesifik, bukan pendamping dalam pengambilan keputusan.

  • Pemanfaatan ChatGPT oleh Generasi Milenial:
    • Pengganti Mesin Pencari: Mencari informasi dengan cepat dan efisien.
    • Fokus pada Informasi: Menggunakan ChatGPT untuk menemukan jawaban atas pertanyaan spesifik.
    • Alat Praktis: Memandang ChatGPT sebagai alat bantu yang berguna untuk tugas-tugas tertentu.

Data internal OpenAI juga mendukung temuan ini, menunjukkan bahwa mayoritas pengguna aktif ChatGPT berasal dari kelompok usia 18-24 tahun, yang merupakan rentang usia Generasi Z. Mereka mengintegrasikan ChatGPT ke dalam rutinitas harian mereka, menggunakannya untuk berbagai keperluan, mulai dari menulis esai hingga merencanakan karier. Sebuah studi oleh Pew Research Center juga menemukan bahwa persentase remaja Amerika Serikat yang menggunakan ChatGPT untuk keperluan sekolah meningkat secara signifikan dalam setahun terakhir.

Namun, popularitas ChatGPT di kalangan generasi muda juga menimbulkan kekhawatiran. Beberapa pihak mengkhawatirkan potensi dampak negatif dari terlalu bergantung pada AI untuk pengambilan keputusan dan bimbingan. Di California, misalnya, ada usulan regulasi yang mengharuskan perusahaan AI untuk memberikan peringatan kepada pengguna muda bahwa mereka berinteraksi dengan sistem komputer, bukan manusia. Selain itu, ada juga saran untuk melarang penggunaan AI sebagai "pendamping digital" bagi anak-anak.

Terlepas dari kekhawatiran ini, Altman tetap optimis tentang potensi positif AI di masa depan. Dia menekankan pentingnya mengembangkan AI yang dapat berevolusi dan beradaptasi dengan kebutuhan penggunanya seiring waktu, menciptakan pengalaman yang lebih personal dan relevan.