Juru Parkir Resmi di Surabaya Mengaku Mendapat Intimidasi dari Parkir Liar
Juru Parkir Resmi di Surabaya Mengaku Mendapat Intimidasi dari Parkir Liar
Seorang juru parkir (jukir) resmi yang bertugas di sebuah supermarket di Surabaya, mengungkapkan pengalaman tidak menyenangkan terkait intimidasi yang ia terima dari oknum juru parkir liar. Pengalaman ini muncul di tengah gencarnya upaya Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya untuk menertibkan keberadaan juru parkir liar yang kerap meresahkan masyarakat dan konsumen.
Pemkot Surabaya sendiri telah mengambil tindakan tegas dengan menyegel sejumlah supermarket yang kedapatan tidak menyediakan fasilitas lahan parkir yang memadai dan tidak mempekerjakan juru parkir resmi. Juru parkir resmi, yang biasanya dilengkapi dengan seragam rompi khusus berlogo perusahaan supermarket, bertugas untuk memastikan ketertiban parkir dan tidak memungut biaya parkir dari konsumen.
Namun, kebijakan ini tampaknya belum sepenuhnya efektif. Alih-alih berkurang, juru parkir resmi justru menghadapi ancaman dan intimidasi dari juru parkir liar. Aghofur Qhuzaini (37), seorang juru parkir resmi yang bertugas di kawasan Jalan Dharmahusada, Surabaya, menceritakan pengalamannya.
"Ada intimidasi. Saya disuruh pulang, diancam di jalan, dibilang ini wilayah mereka," ungkap Ghofur saat ditemui di sela-sela tugasnya. Ia menambahkan bahwa ancaman semacam ini bukan pertama kalinya ia alami. Sebelumnya, ia juga pernah bertugas di sejumlah lokasi lain seperti Basuki Rahmat, Kertajaya, dan Darmo, dan kerap mendapatkan perlakuan serupa.
"Dulu waktu saya di Basuki Rahmat, mereka (juru parkir liar) datang bergerombol seperti mau mengeroyok," jelasnya.
Ghofur menjelaskan bahwa juru parkir liar tersebut biasanya datang dalam jumlah yang cukup banyak, bahkan bisa mencapai 12 orang, dan kebanyakan dari mereka berasal dari luar kota Surabaya. Meskipun merasa terancam dengan situasi tersebut, Ghofur berusaha untuk tetap tenang dan menjalankan tugasnya sebaik mungkin. Ia berpegang pada tanggung jawab yang diberikan oleh pihak supermarket untuk mencegah juru parkir liar masuk ke area parkir.
"Saya bilang ke mereka, saya ini dapat tugas dari supermarket supaya juru parkir liar tidak masuk ke area parkiran," ujarnya.
Ia menambahkan bahwa juru parkir liar bisa bertindak kapan saja, terutama saat tidak ada petugas keamanan atau aparat pemerintah yang melakukan pengawasan di lokasi. Ia juga mengakui bahwa sulit untuk berdialog dengan mereka karena mereka cenderung menghindar.
"Mereka susah diajak ketemu. Pasti balik lagi nanti-nanti. Kalau sekarang-sekarang sih Pemkot masih aktif menyisir ya, kalau dua minggu lagi tidak tahu. Mereka tiba-tiba datang begitu saja," tambahnya.
Selain bertugas untuk menertibkan kendaraan konsumen dan mengatur lalu lintas di depan supermarket, juru parkir resmi juga memiliki peran penting dalam meredam potensi gesekan antara pihak supermarket dengan juru parkir liar.
"Waktu awal kita disosialisasi, kita juga diingatkan untuk meredam supaya tidak ada gesekan dengan supermarket. Kalau mereka (juru parkir liar) minta kekerasan, kita hindari," tuturnya.
Kendati memiliki pengalaman sebagai seorang sekuriti di sebuah perusahaan swasta, Ghofur tetap merasa was-was dengan ancaman yang datang dari juru parkir liar. Ia berharap agar pihak kepolisian dan Pemkot Surabaya dapat memberikan perlindungan dengan meningkatkan jumlah personel keamanan di lokasi-lokasi rawan.
"Saya minta perlindungan dari pihak Pemkot atau aparat untuk benar-benar ditertibkan. Takutnya tiba-tiba muncul rombongan karena merasa dulu mereka yang menjaga (parkiran)," harapnya.