Investasi Rp750 Miliar Digelontorkan untuk Sentra Industri Garam Rote Ndao
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengumumkan alokasi anggaran sebesar Rp750 miliar untuk merealisasikan Kawasan Sentra Industri Garam Nasional (K-SIGN) di Pulau Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur. Langkah strategis ini bertujuan untuk mendongkrak produksi garam nasional secara signifikan, sekaligus menargetkan swasembada garam pada tahun 2027.
Direktur Jenderal Pengelola Kelautan KKP, A. Koswara, menjelaskan bahwa kawasan industri garam ini akan dibangun di atas lahan seluas 10.746 hektar. Dana investasi sebesar Rp750 miliar akan dialokasikan secara bertahap. Prioritas utama adalah penyelesaian pembangunan Zona 1, dengan perkiraan anggaran antara Rp500 miliar hingga Rp600 miliar. Anggaran ini mencakup pembangunan berbagai fasilitas pendukung yang esensial untuk operasional zona industri garam terpadu.
Zona 1 akan menjadi fondasi awal pengembangan K-SIGN, sementara pembangunan zona-zona berikutnya (Zona 2 hingga Zona 10) akan dibuka bagi partisipasi investor swasta. Pemerintah akan berperan dalam menyiapkan lahan yang matang dan siap digunakan, memberikan kemudahan bagi investor untuk mengembangkan infrastruktur dan teknologi produksi garam sesuai dengan preferensi dan inovasi masing-masing.
Pembangunan K-SIGN diharapkan mampu meningkatkan produktivitas garam secara drastis, mencapai 200 ton per hektar per siklus panen. Selain kuantitas, kualitas garam juga menjadi fokus utama, dengan target kadar NaCl di atas 97 persen. Peningkatan kualitas ini akan memenuhi kebutuhan industri yang lebih spesifik, seperti industri kimia, aneka pangan, dan farmasi yang selama ini bergantung pada impor garam.
Proyek ini tidak hanya berorientasi pada peningkatan produksi garam, tetapi juga memberikan dampak sosial ekonomi yang signifikan. Diperkirakan K-SIGN akan menciptakan lapangan pekerjaan bagi sekitar 26.000 orang, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat dengan target pendapatan minimum 2,5 kali Upah Minimum Regional (UMR).
Inisiatif ini merupakan bagian integral dari upaya pemerintah untuk mencapai swasembada pangan, termasuk garam industri, pada tahun 2027. Target ambisius ini sejalan dengan arahan Presiden dan Wakil Presiden terpilih. Saat ini, kebutuhan garam nasional diperkirakan mencapai 5 juta ton per tahun, dan diproyeksikan terus meningkat sebesar 2 persen setiap tahunnya hingga 2029. Untuk mencapai swasembada, volume produksi garam nasional harus ditingkatkan secara signifikan, sekitar 21 persen setiap tahunnya, sehingga mencapai 5,3 juta ton pada tahun 2029. Peningkatan kualitas garam nasional juga menjadi perhatian utama, untuk mengurangi ketergantungan pada impor garam industri yang selama ini menjadi tantangan bagi industri dalam negeri.
Dengan investasi besar dan strategi yang komprehensif, pemerintah optimis bahwa K-SIGN di Rote Ndao akan menjadi pusat produksi garam yang modern, efisien, dan berkelanjutan, serta berkontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional dan kesejahteraan masyarakat.