DPR Dorong Peningkatan Produksi Minyak Nasional Tanpa Korbankan Lingkungan

DPR Dorong Peningkatan Produksi Minyak Nasional Tanpa Korbankan Lingkungan

Produksi minyak nasional yang saat ini berada di angka 580 ribu barel per hari, jauh di bawah potensi maksimal Indonesia, menjadi sorotan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Angka ini terpaut jauh dari puncak produksi pada tahun 1997 yang mencapai 1,6 juta barel per hari. Wakil Ketua Komisi XII DPR RI, Sugeng Suparwoto, dalam sebuah forum energi yang diselenggarakan Selasa (11/3/2025) di Hotel Sultan, Jakarta Pusat, menekankan urgensi peningkatan produksi minyak dalam negeri tanpa mengabaikan komitmen terhadap lingkungan. Kondisi ini diperparah oleh cadangan terbukti (proven reserve) minyak Indonesia yang hanya mencapai 2,41 miliar barel. Penurunan produksi yang signifikan, menurut Sugeng, merupakan konsekuensi dari penurunan alamiah (natural decline) sumber daya alam tersebut.

Salah satu solusi yang diusulkan adalah penerapan teknologi canggih dalam eksplorasi dan eksploitasi sumber daya migas. Sugeng menyoroti bahwa mayoritas blok migas di Indonesia telah memasuki usia tua, sehingga metode eksploitasi konvensional (primer) menjadi kurang efektif. Sebagai alternatif, beliau mendorong penerapan teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR) dan Improved Oil Recovery (IOR) yang terbukti mampu meningkatkan efisiensi produksi. Meskipun metode ini memiliki biaya yang lebih tinggi, Sugeng berpendapat bahwa investasi ini menjadi krusial untuk mencapai target peningkatan produksi. Ia menambahkan, “Investasi di IOR dan EOR merupakan keharusan jika kita ingin meningkatkan lifting dan tentunya harus diimbangi dengan komitmen menjaga lingkungan.”

Selain teknologi EOR dan IOR, DPR juga menyoroti potensi optimasi dari sumur-sumur migas yang saat ini tidak aktif (idle well). Sugeng mengungkapkan, sekitar 8.000 sumur migas di Indonesia saat ini dalam kondisi idle. Reakstivasi sumur-sumur tersebut, yang menurut Sugeng telah mendapat persetujuan dari SKK Migas dan sosialisasi dari Pertamina Hulu Energi, diyakini dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap peningkatan produksi.

Lebih lanjut, Sugeng menjelaskan tantangan dalam eksplorasi dan eksploitasi migas di Indonesia. Dari total 120 cekungan migas yang ada, baru 62 cekungan yang dieksplorasi dan dieksploitasi. Sisa 60 cekungan yang belum terjamah menyimpan potensi besar, namun eksplorasi dan eksploitasinya membutuhkan investasi yang besar dan teknologi yang canggih. Hal ini memerlukan strategi yang terintegrasi antara pemerintah, perusahaan migas, dan pihak terkait lainnya untuk memastikan keberlanjutan produksi minyak dalam negeri tanpa mengorbankan kelestarian lingkungan.

Kesimpulannya, peningkatan produksi minyak nasional merupakan prioritas, namun harus dilakukan dengan bijak dan berkelanjutan. Penerapan teknologi EOR/IOR dan optimalisasi idle well menjadi langkah strategis yang perlu segera diimplementasikan. Pemerintah dan perusahaan migas harus bersinergi untuk mengatasi hambatan, terutama terkait dengan pendanaan dan teknologi, agar target peningkatan produksi dapat tercapai tanpa menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan.