Kolaborasi Strategis: WWF Indonesia dan Pemkot Bogor Bersatu Padu Atasi Krisis Sampah Plastik
Pemerintah Kota Bogor dan WWF Indonesia mempererat kerjasama dalam upaya mengatasi permasalahan sampah plastik di Kota Hujan. Kemitraan ini merupakan kelanjutan dari program Plastic Smart Cities (PSC) yang telah berjalan sejak tahun 2021.
Fokus utama kolaborasi ini adalah penguatan kelembagaan Tempat Pengelolaan Sampah Reuse, Reduce, dan Recycle (TPS3R), advokasi kebijakan yang mendukung pengelolaan sampah berkelanjutan, edukasi masyarakat mengenai pentingnya pengurangan sampah, serta upaya konkret untuk mengurangi timbulan sampah langsung dari sumbernya.
CEO WWF Indonesia, Aditya Bayunanda, menyatakan bahwa penandatanganan nota kesepahaman (MoU) ini bukan merupakan awal mula, melainkan kelanjutan dari sinergi strategis yang bertujuan untuk menciptakan dampak yang lebih signifikan. Aditya juga mengapresiasi komitmen Kota Bogor dalam mewujudkan solusi nyata dan komprehensif dari hulu hingga hilir melalui gerakan "No Plastic in Nature".
Inisiatif ini diharapkan dapat menjadi fondasi yang kokoh dalam upaya pengurangan sampah di Kota Bogor, serta menjadi contoh inspiratif bagi kota-kota lain dalam menghadapi tantangan serupa. Aditya menekankan pentingnya sinergi antara Pemkot Bogor, WWF Indonesia, dan seluruh pemangku kepentingan terkait untuk mencapai tujuan bersama.
Selama ini, WWF Indonesia telah mengembangkan model pengelolaan sampah plastik terintegrasi yang berfokus pada pengelolaan sampah dari sumbernya, terutama di tingkat rumah tangga. Upaya ini juga mencakup peningkatan kapasitas bank sampah unit dan induk, pelibatan aktif partisipasi masyarakat melalui kelembagaan TPS3R, serta pendampingan dalam penyusunan dan implementasi kebijakan pengelolaan sampah yang efektif.
Aditya menjelaskan bahwa seluruh kegiatan pengurangan sampah plastik ini bertujuan untuk mencegah kebocoran plastik ke alam, yang dapat berdampak negatif pada kehidupan satwa liar, keanekaragaman hayati, kesehatan ekosistem, dan bahkan kesehatan manusia, mengingat temuan mikroplastik dalam darah manusia.
Wali Kota Bogor, Dedie Abdu Rachim, mengakui bahwa pemerintahannya tidak dapat mengatasi permasalahan sampah secara sendirian. Oleh karena itu, diperlukan kerja sama lintas sektor yang solid.
Dedie menegaskan komitmen Kota Bogor untuk memperkuat sistem pengelolaan sampah dari hulu hingga hilir, termasuk upaya pencegahan kebocoran sampah ke sungai dan lingkungan. Pemerintah Kota Bogor menargetkan peningkatan pelayanan kebersihan melalui pengembangan dan pengelolaan sampah berbasis wilayah dengan metode 3R (Reduce, Reuse, Recycle), penyediaan armada pengangkut sampah, serta fasilitas pengelolaan sampah yang layak dan memadai.
Selama periode 2022–2024, kolaborasi antara WWF dan Pemkot Bogor telah berhasil mengurangi timbulan sampah plastik sebanyak 10.000 ton melalui program PSC. PSC sendiri merupakan panduan yang disusun oleh Resources & Waste Advisory Group untuk meningkatkan kinerja mitra dalam mengurangi kebocoran sampah plastik.
Panduan ini menekankan pentingnya penerapan standar kinerja dalam berbagai tahap pengelolaan sampah, mulai dari pengumpulan, pemilahan, pengangkutan, hingga pembuangan akhir. Dengan menerapkan 19 standar kinerja, mitra dapat mengidentifikasi titik-titik kritis kebocoran plastik dan menerapkan solusi terbaik untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.
Melalui sistem pemantauan yang terstruktur, mitra dapat secara berkala melaporkan capaiannya dalam menangani kebocoran sampah plastik, sekaligus mendapatkan dukungan teknis dan strategis untuk meningkatkan kinerja. Target yang ingin dicapai adalah mengurangi 30 persen kebocoran plastik ke lingkungan di 25 kota pada tahun 2025. Program Plastic Smart Cities di Indonesia dipusatkan pada beberapa kota, termasuk DKI Jakarta, Kota Depok, dan Kota Bogor.