Strategi Ekonomi Ala Ibu: Dedi Mulyadi Ungkap Kunci Ketahanan Ekonomi Keluarga dan Relevansinya dengan Pembangunan Jawa Barat
Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, berbagi pandangannya mengenai pengelolaan ekonomi yang terinspirasi dari kearifan lokal dan pengalaman ibunya. Dalam forum pertemuan tingkat tinggi Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) dan Tim Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah (TP2DD) yang berlangsung di Karawang, Dedi mengakui bahwa dirinya bukanlah seorang ahli dalam bidang inflasi maupun digitalisasi.
"Saya ini orang tradisional," ujarnya. "Namun, saya memahami bahwa Jawa Barat memiliki dua karakter ekonomi yang berbeda, yakni pedesaan dan perkotaan."
Menurut Dedi, pedesaan seharusnya menjadi pusat produksi. Ia mengutip prinsip ekonomi orang Sunda, "saeutik mahi, loba nyesa," yang berarti sedikit cukup, banyak bersisa. Prinsip ini menekankan pentingnya memanfaatkan potensi diri secara optimal.
Lebih lanjut, Dedi menjelaskan bagaimana ibunya mengelola ekonomi keluarga dengan bijaksana. Meskipun hanya memiliki lahan pertanian yang terbatas, ibunya mampu menyekolahkan anak-anaknya tanpa berutang. Rahasianya terletak pada diversifikasi sumber pendapatan dan pengelolaan sumber daya yang berkelanjutan.
Ia mencontohkan pengelolaan kolam ikan. Ibunya memelihara berbagai jenis ikan dengan siklus panen yang berbeda-beda. Ikan nila dan mujair dipanen dalam jangka pendek untuk kebutuhan sehari-hari, sementara ikan tawes dipanen dalam jangka menengah. Ikan mas, yang memiliki nilai jual lebih tinggi, dipanen dalam jangka panjang untuk memenuhi kebutuhan saat acara besar.
Selain itu, ibunya juga memanfaatkan pematang sawah untuk menanam berbagai jenis tanaman seperti terong, talas, dan pohon kelapa. Hasil kebun ini tidak hanya memenuhi kebutuhan pangan keluarga, tetapi juga memberikan pendapatan tambahan.
"Ibu saya sangat produktif," kata Dedi. "Meja makan tidak pernah kosong. Selalu ada makanan dari hasil kebun. Hal inilah yang membuat anak-anaknya tidak banyak jajan."
Dedi melihat relevansi antara prinsip ekonomi yang diterapkan ibunya dengan kondisi ekonomi pedesaan di Jawa Barat saat ini. Ia telah menyiapkan beberapa program untuk meningkatkan kesejahteraan petani, seperti menanami lahan milik Pemprov Jabar dengan pohon kelapa dan meminta Dinas Pertanian untuk memberikan pelatihan kepada petani tentang cara mengurus kerbau.
Sementara itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat, Muhamad Nur, menyampaikan bahwa pertemuan ini bertujuan untuk memperkuat strategi pengendalian inflasi serta percepatan dan perluasan digitalisasi. Ia menjelaskan bahwa TPID telah melakukan berbagai upaya sinergi pengendalian melalui kerangka 4K, yakni keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan komunikasi efektif.
Upaya-upaya tersebut telah membuahkan hasil dengan terjaganya inflasi Jawa Barat di kisaran sasaran 2,5 persen ±1 persen. Nur menekankan pentingnya inflasi yang terkendali karena mencerminkan stabilitas ekonomi dan terjaganya daya beli masyarakat, sehingga menjadi fondasi kuat bagi pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.
Bank Indonesia bersama TPID mendorong penguatan kemandirian pangan melalui penyederhanaan rantai distribusi, pemenuhan kebutuhan pupuk, hingga penyediaan bibit unggul yang terjangkau dan berkualitas.