Greta Thunberg Kembali ke Swedia Usai Dideportasi Israel: 'Dunia Bungkam di Tengah Genosida Lebih Menakutkan'

Aktivis iklim asal Swedia, Greta Thunberg, kembali menginjakkan kaki di tanah airnya pada Selasa (10/6/2025) malam, setelah mengalami deportasi dari Israel. Kedatangannya di Bandara Arlanda, Stockholm, sekitar pukul 22.30 waktu setempat, disambut dengan sorotan media dan dukungan dari para simpatisan.

Setibanya di bandara, Thunberg langsung menyampaikan pernyataan keras terkait tindakan Israel di Gaza. Ia mengecam tindakan tersebut sebagai pelanggaran terhadap hukum internasional dan bahkan menudingnya sebagai kejahatan perang. Thunberg menekankan bahwa ketakutannya bukan pada penahanan yang dialaminya, melainkan pada sikap diam dunia di tengah situasi yang ia sebut sebagai genosida.

Deportasi Thunberg terjadi setelah kapal layar Madleen, yang ditumpanginya bersama tiga aktivis lainnya, dihentikan oleh pasukan keamanan Israel. Kapal tersebut membawa total 12 aktivis dengan misi menyampaikan bantuan kemanusiaan ke Gaza, berupaya menembus blokade yang diberlakukan Israel. Delapan aktivis ditahan karena menolak meninggalkan Israel secara sukarela, sementara Thunberg dan tiga lainnya langsung dideportasi. Menurut informasi dari kelompok hak asasi manusia yang memberikan pendampingan hukum, seluruh aktivis kini dilarang memasuki Israel selama 100 tahun.

Sebelum tiba di Swedia, Thunberg sempat transit di Paris. Di sana, ia melontarkan tuduhan bahwa Israel telah menculik dirinya dan aktivis lainnya yang berada di kapal. Ia juga menyatakan kekhawatirannya atas pelanggaran hukum internasional dan kejahatan perang yang terus dilakukan oleh Israel. Tak hanya itu, Thunberg menuding Israel melakukan "genosida sistematis" dan "membuat lebih dari dua juta orang kelaparan secara sistematis" di Gaza.

Tuduhan-tuduhan ini bukan tanpa tanggapan. Sejumlah organisasi hak asasi manusia, termasuk Amnesty International, turut menyuarakan keprihatinan dan tuduhan serupa terhadap Israel. Namun, Pemerintah Israel dengan tegas membantah semua tuduhan tersebut.

Thunberg, yang dikenal sebagai simbol gerakan global perubahan iklim, menyerukan tindakan nyata. "Kita harus bertindak. Kita harus menuntut agar pemerintah kita bertindak. Dan kita pun harus bertindak sendiri ketika pemerintah kita tidak bertindak," tegasnya. Pernyataan ini mencerminkan keyakinannya bahwa perubahan hanya akan terjadi jika ada tindakan kolektif dari seluruh pihak.

Perjalanan pulang Thunberg kali ini juga memicu pertanyaan terkait keputusannya menggunakan pesawat. Mengingat reputasinya yang menghindari perjalanan udara untuk mengurangi jejak karbon, pertanyaan wartawan mengenai hal ini membuatnya tampak bingung. "Kenapa Anda bertanya soal itu?" jawabnya singkat, menghindari jawaban langsung.

Berikut poin penting dari berita ini:

  • Greta Thunberg kembali ke Swedia setelah dideportasi dari Israel.
  • Ia mengecam tindakan Israel di Gaza sebagai pelanggaran hukum internasional dan kejahatan perang.
  • Thunberg menuding Israel melakukan "genosida sistematis" dan "membuat lebih dari dua juta orang kelaparan secara sistematis" di Gaza.
  • Sejumlah organisasi hak asasi manusia turut menyuarakan tuduhan serupa terhadap Israel, namun dibantah oleh Pemerintah Israel.
  • Thunberg menyerukan tindakan nyata dari pemerintah dan individu untuk menghentikan krisis di Gaza.