Ketegangan Politik Bayangi Peringatan Satu Tahun Menjelang Piala Dunia 2026 di Los Angeles
Peringatan satu tahun menjelang perhelatan akbar Piala Dunia 2026 diwarnai ketegangan politik dan demonstrasi di Los Angeles, salah satu kota tuan rumah di Amerika Serikat. Acara "One Year to Go", yang seharusnya menjadi perayaan meriah, justru dibayangi oleh gelombang protes terhadap kebijakan imigrasi kontroversial dan larangan perjalanan yang diterapkan oleh pemerintah federal.
Seiring dengan persiapan matang untuk menyambut pesta sepak bola terbesar di dunia yang akan diselenggarakan di Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko, muncul kekhawatiran internasional mengenai stabilitas dan keamanan di salah satu negara tuan rumah. Di tengah sorotan global, pemerintahan Presiden Donald Trump mengerahkan ribuan personel Garda Nasional dan Marinir ke Los Angeles untuk menanggapi aksi demonstrasi yang meluas. Langkah ini menuai kecaman dari Gubernur California, Gavin Newsom, yang menilai tindakan tersebut sebagai ancaman terhadap prinsip-prinsip demokrasi.
Demonstrasi dan Reaksi Politik
Kebijakan imigrasi yang ketat dan larangan perjalanan terhadap warga dari 12 negara menjadi pemicu utama gelombang demonstrasi di Los Angeles. Aksi protes ini mencerminkan polarisasi politik yang mendalam di Amerika Serikat, dengan pejabat federal menuduh pemerintah lokal dan negara bagian yang dipimpin oleh Partai Demokrat membiarkan terjadinya anarki. Ketegangan ini menimbulkan pertanyaan serius mengenai kesiapan Amerika Serikat untuk menjamin keamanan dan inklusivitas bagi para penggemar sepak bola dari seluruh dunia.
Dampak pada Persiapan Piala Dunia
Ketegangan politik dan aksi protes di Los Angeles berpotensi mengganggu persiapan Piala Dunia 2026. Penyelenggara harus bekerja keras untuk meyakinkan para penggemar internasional bahwa Amerika Serikat tetap menjadi tempat yang aman dan ramah untuk menyaksikan turnamen tersebut. FIFA, sebagai badan sepak bola dunia, juga menghadapi tekanan untuk memastikan bahwa semua negara peserta diperlakukan secara adil dan tanpa diskriminasi.
Kekhawatiran Negara Peserta
Beberapa negara peserta Piala Dunia 2026 telah menyatakan keprihatinan atas situasi politik di Amerika Serikat. Iran, salah satu negara yang warganya terkena dampak larangan perjalanan, mengecam kebijakan tersebut sebagai bentuk permusuhan terhadap Iran dan umat Muslim. Kekhawatiran ini menyoroti pentingnya dialog dan diplomasi untuk mengatasi perbedaan politik dan memastikan bahwa Piala Dunia 2026 menjadi ajang yang inklusif dan merayakan keberagaman.
Parade Bintang di Tengah Ketegangan
Acara "one year to go" di Fox Studio Lot, Los Angeles, tetap menampilkan parade bintang sepak bola dunia. Namun, suasana perayaan terasa kontras dengan kehadiran aparat keamanan bersenjata lengkap yang berjaga-jaga di berbagai lokasi. Los Angeles, sebagai salah satu kota tuan rumah yang diharapkan menarik banyak wisatawan, kini menghadapi tantangan untuk membangun citra positif di tengah ketidakpastian politik dan sosial.
Format dan Peserta Piala Dunia 2026
Piala Dunia 2026 akan menjadi turnamen terbesar dalam sejarah FIFA, dengan melibatkan 48 tim dan 104 pertandingan. Sejauh ini, 13 negara telah memastikan tempat di putaran final, termasuk tuan rumah Kanada, Meksiko, dan Amerika Serikat. Negara-negara lain yang telah lolos termasuk Argentina, Brazil, Jepang, Korea Selatan, Australia, Ekuador, Selandia Baru, Uzbekistan, Yordania, dan Iran. Sisa tiket akan diperebutkan melalui babak kualifikasi yang akan berlangsung hingga Maret 2026, dengan pengundian grup fase awal dijadwalkan pada Desember 2025.
Timnas Indonesia juga berjuang untuk meraih tiket ke Piala Dunia 2026. Skuad Garuda akan menghadapi tantangan berat di Putaran Keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia yang akan dimulai pada bulan Oktober.