Hujan Es Guyur Kampus UGM dan Sejumlah Wilayah di Yogyakarta: Fenomena Alam di Masa Peralihan Musim

Hujan Es Guyur Kampus UGM dan Sejumlah Wilayah di Yogyakarta: Fenomena Alam di Masa Peralihan Musim

Pada Selasa sore, 11 Maret 2025, fenomena alam yang cukup langka terjadi di Daerah Istimewa Yogyakarta, yaitu hujan es. Kejadian ini tidak hanya terpantau di beberapa wilayah di Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta, dan Bantul, tetapi juga mengguyur kawasan kampus Universitas Gadah Mada (UGM). Hujan es yang terjadi sekitar pukul 15.15 WIB ini mengejutkan banyak pihak, baik civitas akademika UGM maupun masyarakat umum. Haryanto, Koordinator Bidang Protokol UGM, membenarkan peristiwa tersebut. Ia menceritakan bagaimana beberapa pegawai UGM yang awalnya berada di dalam ruangan, mendengar suara hujan deras dan keluar untuk melihat keadaan. Betapa terkejutnya mereka saat menyaksikan butiran-butiran es berjatuhan bersamaan dengan hujan.

Salah satu saksi mata, Nalya Naomi Tarigan, mahasiswi Fakultas Hukum UGM, awalnya bermaksud merekam derasnya hujan di lingkungan kampus. Namun, saat melihat kembali rekaman videonya, ia menyadari adanya butiran-butiran es yang berhamburan di tanah. Nalya menggambarkan ukuran es yang beragam; ada yang sebesar koin, dan ada pula yang berukuran kecil seperti peluru karet. Menurutnya, ini adalah pengalaman pertama menyaksikan hujan es di UGM. Pengalaman serupa dilaporkan oleh berbagai pihak di sejumlah lokasi di Yogyakarta, menggambarkan meluasnya dampak fenomena alam ini. Ukuran dan intensitas hujan es bervariasi di berbagai lokasi, menunjukkan kompleksitas fenomena atmosferik yang terjadi.

Kepala Stasiun Meteorologi Yogyakarta, Warjono, memberikan penjelasan ilmiah mengenai fenomena hujan es tersebut. Ia menjelaskan bahwa keberadaan awan Cumulonimbus dengan ketinggian mencapai 15 kilometer dan suhu puncak awan hingga minus 7,2 derajat Celsius menjadi faktor utama. Proses terjadinya hujan es dipicu oleh butiran es di ketinggian yang tidak mencair sebelum mencapai permukaan tanah karena minimnya gesekan. Faktor lainnya adalah adanya downdraft, atau aliran udara turun yang kuat, yang mempercepat jatuhnya butiran es. Angin barat yang bertiup ke timur juga berperan dalam membawa awan hujan es ke berbagai wilayah di Yogyakarta. Selain hujan es, fenomena tersebut juga disertai angin kencang dan petir di beberapa lokasi.

Warjono lebih lanjut menambahkan bahwa cuaca ekstrem seperti hujan es ini merupakan hal yang lumrah terjadi pada masa peralihan musim, khususnya antara musim hujan dan musim kemarau. Ia memprediksi potensi terjadinya cuaca ekstrem serupa masih ada hingga bulan April. Pernyataan ini menekankan pentingnya kewaspadaan dan kesiapsiagaan menghadapi potensi cuaca ekstrem selama masa transisi musim. Dengan pemahaman ilmiah yang lebih baik mengenai penyebab fenomena ini, masyarakat diharapkan dapat lebih siap menghadapi potensi dampak negatif dari perubahan cuaca yang tidak terduga.

Berikut poin-poin penting dari peristiwa hujan es di Yogyakarta:

  • Hujan es terjadi pada Selasa, 11 Maret 2025, sekitar pukul 15.15 WIB.
  • Hujan es melanda kampus UGM dan beberapa wilayah di Sleman, Yogyakarta, dan Bantul.
  • Ukuran butiran es bervariasi, dari sebesar koin hingga sebesar peluru karet.
  • Fenomena ini disebabkan oleh awan Cumulonimbus dengan ketinggian 15 km dan suhu puncak minus 7,2 derajat Celsius.
  • Downdraft dan angin barat berperan dalam membawa awan hujan es ke Yogyakarta.
  • Hujan es disertai angin kencang dan petir.
  • Cuaca ekstrem ini umum terjadi pada masa peralihan musim hujan ke kemarau.
  • Potensi cuaca ekstrem masih ada hingga April.