Nasib Pilu Siswa SD Saparua: Belajar Siang Hari di Tengah Keterbatasan Akibat Sekolah yang Terbakar Belum Dibangun

Kabupaten Maluku Tengah, Maluku – Sudah lebih dari satu tahun sejak SD Negeri 318 Saparua dilalap api pada Januari 2024, para siswanya masih harus merasakan dampak yang berkepanjangan. Mereka terpaksa menumpang di gedung SD Negeri 254 Saparua, berbagi ruang dan waktu belajar dengan siswa sekolah tersebut. Kondisi ini tak hanya menimbulkan ketidaknyamanan, tetapi juga berdampak pada semangat belajar dan jumlah siswa di sekolah tersebut.

Anike Elsye Pattiasina, Kepala SDN 318 Saparua, mengungkapkan bahwa sejak kebakaran, jumlah siswa di sekolahnya mengalami penurunan signifikan. Awalnya, sekolah ini memiliki sekitar 75 siswa yang terbagi dalam enam kelas, dengan jadwal belajar pagi hari. Namun, kini mereka harus menyesuaikan diri dengan jadwal siang, berbagi fasilitas yang terbatas dengan siswa SDN 254. Akibatnya, banyak siswa yang menjadi malas bersekolah, dan sebagian bahkan telah pindah ke sekolah lain, baik di Saparua maupun di luar Maluku.

"Mereka saat ini kan menumpang dengan sekolah SDN 254 jadi fasilitas terbatas. Anak-anak juga tidak nyaman saat belajar karena mereka harus sekolah siang," kata Anike.

Para orang tua di Pulau Saparua juga merasa khawatir dengan kondisi ini. Banyak dari mereka yang enggan mendaftarkan anak-anaknya di SDN 318 karena tidak adanya bangunan sekolah yang layak dan jadwal belajar yang tidak ideal. Mereka khawatir anak-anak mereka tidak dapat belajar dengan optimal dalam kondisi seperti ini.

Setelah kejadian kebakaran, Pemerintah Kabupaten Maluku Tengah memberikan bantuan dana sebesar Rp 50 juta untuk pembangunan ruang kelas. Dana tersebut telah digunakan untuk membangun satu ruang kelas semi permanen berukuran 3x3 meter. Namun, ruang kelas tersebut tidak dapat digunakan secara efektif karena kapasitasnya yang terlalu kecil untuk menampung seluruh siswa.

"Kami sudah bangun, tapi jumlah siswa ini banyak dan tidak cukup. Kami sudah berupaya untuk sampaikan dan dorong agar sekolah kami ini bisa diperhatikkan," katanya.

Eric Patty, seorang pegiat pendidikan di Saparua, mengatakan bahwa pihaknya telah berupaya bersama dengan kepala sekolah untuk mendorong pemerintah daerah agar segera membangun kembali gedung sekolah yang baru. Proposal pengajuan telah diajukan sejak tahun 2024, namun hingga kini belum ada tanda-tanda реаlisasi.

Patty secara sukarela membantu pihak sekolah dalam membuat denah bangunan dan rencana anggaran biaya (RAB) SDN 318. Proposal dan RAB tersebut juga telah diserahkan kepada Komisi IV DPRD Maluku Tengah, namun belum membuahkan hasil yang diharapkan.

Menurutnya, kebakaran yang menimpa SDN 318 merupakan musibah yang membutuhkan perhatian segera dari pemerintah. Ia berharap pemerintah dapat mengalokasikan dana dari APBD untuk membangun kembali sekolah tersebut, mengingat pendidikan merupakan program prioritas pemerintah pusat.

Dampak Kebakaran:

  • Penurunan jumlah siswa
  • Ketidaknyamanan belajar
  • Orang tua enggan menyekolahkan anak
  • Fasilitas terbatas
  • Jadwal belajar siang hari

Upaya yang Dilakukan:

  • Pengajuan proposal pembangunan
  • Pembuatan denah dan RAB
  • Komunikasi dengan DPRD Maluku Tengah

Harapan:

  • Pembangunan kembali gedung sekolah
  • Alokasi dana dari APBD
  • Perhatian pemerintah terhadap pendidikan