Lonjakan Permintaan Ampyang di Magelang Selama Ramadhan
Lonjakan Permintaan Ampyang di Magelang Selama Ramadhan
Ramadhan tahun ini menjadi berkah tersendiri bagi Ita Sarifah, produsen ampyang dengan merek Sarita Ampyang di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Produksi ampyang, jajanan tradisional berbahan dasar kacang tanah, gula merah, dan jahe ini mengalami peningkatan signifikan hingga mencapai 100 persen. Peningkatan drastis ini didorong oleh tingginya permintaan pasar selama bulan suci. Hal ini menunjukkan daya tarik ampyang sebagai salah satu camilan favorit masyarakat, terutama untuk menemani momen berbuka puasa.
Berdiri sejak tahun 2000, usaha Sarita Ampyang yang dirintis Ita merupakan kelanjutan dari usaha ibunya mertua yang telah dimulai sejak tahun 1995. Berlokasi di Dusun/Desa Paremono, Kecamatan Mungkid, usaha rumahan ini kini memproduksi hingga 400 bungkus ampyang per hari selama Ramadhan. Jumlah ini meningkat dua kali lipat dibandingkan hari biasa yang hanya mencapai 200 bungkus. Untuk memenuhi lonjakan permintaan, Ita dan empat karyawannya bekerja dalam dua sif, yakni pukul 02.00-08.00 dan 08.00-15.00 WIB. Bahan baku utama, kacang tanah dan gula jawa, masing-masing mencapai 20 kilogram setiap harinya untuk menghasilkan ampyang dengan berbagai ukuran kemasan.
Proses produksi yang intensif ini menghasilkan produk yang terbilang laris manis di pasaran. Ampyang Sarita dibanderol dengan harga mulai dari Rp 11.000 hingga Rp 55.000 per bungkus, tergantung ukuran kemasan. Produk ini dipasarkan secara luas, menjangkau berbagai saluran distribusi, mulai dari supermarket dan pasar tradisional hingga toko oleh-oleh di Kota/Kabupaten Magelang, Temanggung, Wonosobo, Yogyakarta, dan bahkan Kudus. Menariknya, Ita telah mempersiapkan produksi untuk pasca-Lebaran guna memenuhi permintaan untuk menjamu tamu Lebaran.
"Kami buat dua sif. Sif satu jam 02.00-08.00, sif dua jam 08.00-15.00. Di hari biasa, kami bikin 200 bungkus per hari," jelas Ita. Keunikan rasa ampyang, yang memadukan sensasi renyah, manis, gurih, dan sedikit pedas dari jahe, menjadi daya tarik tersendiri. Tekstur yang renyah dan rasa yang kompleks menjadikan ampyang sebagai pilihan tepat untuk menemani momen berbuka puasa, menjadi camilan ringan yang mengenyangkan sebelum menikmati hidangan utama.
Di Jawa Tengah sendiri, ampyang dikenal dengan berbagai sebutan, salah satunya gula kacang. Uniknya, nama "ampyang" sendiri konon berasal dari kemiripan bentuknya dengan jalan rusak dalam bahasa Jawa. Namun, terlepas dari asal usul namanya, popularitas ampyang sebagai camilan tradisional tetap tak terbantahkan, terutama selama bulan Ramadhan seperti yang terlihat dari kesuksesan Sarita Ampyang dalam memenuhi permintaan pasar yang meningkat pesat.
Sarita Ampyang menjadi contoh nyata bagaimana usaha rumahan mampu berkembang pesat dengan memanfaatkan momentum tertentu. Peningkatan produksi dan perluasan pemasaran menjadi strategi kunci keberhasilan mereka dalam menghadapi lonjakan permintaan selama Ramadhan. Hal ini sekaligus menunjukkan potensi besar yang dimiliki oleh produk-produk UMKM lokal dalam memenuhi kebutuhan pasar, terutama produk-produk tradisional yang memiliki daya tarik tersendiri bagi konsumen.