Idul Adha Beri Angin Segar Bagi Perajin Kerupuk Kulit Gunungkidul

Momen Idul Adha membawa berkah tersendiri bagi para perajin kerupuk kulit di Kalurahan Sodo, Kapanewon Paliyan, Gunungkidul. Pasokan kulit sapi kurban yang melimpah dengan harga yang lebih terjangkau menjadi pendorong utama peningkatan produksi.

Susilo, seorang perajin kerupuk kulit, mengungkapkan peningkatan signifikan dalam produksinya. Jika pada hari biasa ia memperoleh 1 hingga 5 ton kulit sapi, pada momen Idul Adha ini ia mendapatkan pasokan hingga 2 ton kulit sapi segar. Tak hanya itu, harga kulit sapi segar pun mengalami penurunan drastis. Jika biasanya harga mencapai Rp 30.000 hingga Rp 31.000 per kilogram, saat Idul Adha ia bisa mendapatkan harga Rp 10.000 hingga Rp 13.000 per kilogram, tergantung kualitas kulit.

"Alhamdulillah, tahun ini menjadi berkah bagi UMKM rambak kulit. Selain pasokan kulit kurban melimpah, harganya pun lebih murah dibandingkan hari biasa," ujar Susilo. Bahkan, untuk pengolahan skala besar, ia mampu mengolah lebih dari 2 ton kulit per hari.

Proses pengolahan kulit sapi segar harus dilakukan dengan segera. Susilo menjelaskan bahwa kulit harus segera dibersihkan bulunya dan disimpan dengan baik agar tidak cepat membusuk. Setelah dibersihkan, kulit direbus, dipotong kecil, dan kemudian dijemur. Proses penjemuran ini bisa memakan waktu beberapa hari, tergantung pada kondisi cuaca.

"Setelah kering, kulit digoreng dan dikemas untuk dijual ke pasaran," jelas Susilo.

Harga kerupuk kulit bervariasi antara Rp 100.000 hingga Rp 110.000 per kilogram, tergantung pada kualitas kulit yang digunakan. Kerupuk kulit Gunungkidul tidak hanya diminati oleh warga lokal, tetapi juga telah merambah ke berbagai kota besar di Pulau Jawa, seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya, bahkan hingga ke luar Pulau Jawa, seperti Lampung, Palembang, Pontianak, dan Makassar.

"Biasanya penjualan dilakukan melalui pengepul atau pesanan dari toko oleh-oleh. Permintaan dari luar Jawa justru semakin meningkat dalam beberapa tahun terakhir," kata Susilo.

Kerupuk kulit seringkali digunakan sebagai bahan tambahan dalam masakan, seperti sayur, atau dinikmati langsung sebagai camilan. Cita rasa gurih yang khas dan teksturnya yang renyah menjadi daya tarik utama kerupuk rambak Gunungkidul.

Susilo berharap pemerintah dapat memberikan pelatihan pemasaran online dan bantuan untuk pengemasan produk yang lebih modern. Ia yakin bahwa rambak dari Sodo mampu bersaing dengan produk dari daerah lain. Selain itu, bantuan alat pengering juga sangat dibutuhkan, terutama saat musim cuaca tidak menentu.

"Sekarang saja sudah banyak pelanggan dari luar Jawa yang melakukan repeat order," ungkapnya.

Menurut Susilo, kerupuk rambak produksi Gunungkidul digemari karena teksturnya yang renyah, rasa gurih yang khas tanpa tambahan penyedap berlebihan, dan kualitas bahan baku yang terjaga.

Hendro, seorang pembeli, mengaku membeli kerupuk kulit untuk dijadikan campuran sayur lombok khas Gunungkidul. "Beli sedikit untuk campuran jangan lombok (sayur cabai)," ujarnya.