Ekspor Alas Kaki Indonesia Catat Kenaikan Signifikan, Tembus Rp 30 Triliun di Kuartal Pertama 2025
Industri alas kaki Indonesia menunjukkan performa gemilang di awal tahun 2025. Data Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat nilai ekspor produk alas kaki pada periode Januari hingga Maret 2025 mencapai US$ 1,89 miliar, atau setara dengan Rp 30,61 triliun (dengan asumsi kurs Rp 16.200 per dolar AS). Angka ini mengalami kenaikan signifikan sebesar 13,80 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil (IKFT) Kemenperin, Taufiek Bawazier, menyampaikan apresiasinya atas pencapaian ini. Ia menyoroti posisi Indonesia sebagai eksportir alas kaki ke-6 terbesar di dunia, dengan pangsa pasar mencapai 3,99%. Hal ini, menurutnya, membuktikan daya saing produk alas kaki nasional yang kuat dan kepercayaan tinggi dari pasar global.
"Dalam skala global, Indonesia menempati peringkat ke-6 eksportir alas kaki dunia, dengan pangsa pasar sebesar 3,99%. Ini membuktikan bahwa produk alas kaki nasional memiliki daya saing kuat dan kepercayaan tinggi di pasar dunia," ujar Taufiek saat acara Pelepasan Ekspor Alas Kaki produksi PT Selalu Cinta Indonesia (SCI) di Salatiga, Jawa Tengah.
PT SCI, produsen alas kaki dengan merek Nike, menjadi salah satu contoh sukses dalam penetrasi pasar global. Perusahaan ini berhasil melakukan ekspor ke India sebanyak 124.117 pasang sepatu, senilai US$ 2 juta pada bulan Mei 2025. Bahkan, ditargetkan hingga September 2025, ekspor ke India akan mencapai 227.654 pasang atau senilai US$ 3,4 juta. Keberhasilan ini dinilai Taufiek sebagai indikator kuat bahwa Indonesia telah menjadi bagian integral dari rantai nilai global industri alas kaki.
Namun, perjalanan ekspor ke India tidaklah tanpa tantangan. Taufiek Bawazier mengakui adanya kendala terkait kebijakan Quality Control Orders (QCO) yang diberlakukan oleh Pemerintah India sejak Juli 2024. Kebijakan ini mengharuskan produk alas kaki yang masuk ke pasar India untuk memiliki sertifikasi Bureau of Indian Standard (BIS).
"Kendala terbesar bukan pada kualitas produk kita, tetapi terbatasnya sumber daya auditor dari BIS, yang sempat menghambat proses audit di lapangan," jelasnya.
Pemerintah Indonesia telah mengambil langkah proaktif dengan mengangkat isu ini dalam forum Technical Barriers to Trade (TBT) WTO sebagai Specific Trade Concern (STC). Selain itu, pemerintah terus berupaya mendorong agar penerapan QCO lebih realistis dan membuka peluang kerja sama dengan lembaga sertifikasi global yang kredibel.
"Berbagai upaya diplomatik dan teknis dilakukan secara simultan, dan hari ini kita menjadi saksi bahwa kerja keras tersebut membuahkan hasil. Nike Indonesia berhasil kembali menembus pasar India, salah satunya melalui kontribusi nyata dari PT Selalu Cinta Indonesia," imbuhnya.
Kemenperin berkomitmen untuk terus mendukung iklim usaha dan memperluas pasar ekspor bagi industri alas kaki nasional. Upaya ini meliputi penguatan perjanjian dagang, mendorong mutual recognition agreement dalam hal sertifikasi, dan memperluas akses pasar ke kawasan non-tradisional.
"Kami berharap industri alas kaki Indonesia semakin berdaya saing dan mampu memperluas ekspansi ke kawasan Asia Selatan, Timur Tengah, Afrika, dan Amerika Latin, serta terus berkontribusi pada penciptaan lapangan kerja, peningkatan ekspor, dan pertumbuhan ekonomi yang inklusif," kata Taufiek.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), industri alas kaki nasional mencatat pertumbuhan impresif sebesar 6,95 persen pada triwulan I tahun 2025. Capaian ini menunjukkan ketahanan dan kemampuan industri alas kaki untuk terus tumbuh dan berekspansi.
Selain itu, sektor industri kulit dan alas kaki telah menyerap tenaga kerja sebanyak 961 ribu orang hingga Agustus 2024, meningkat 3 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini menegaskan peran industri ini sebagai sektor padat karya strategis yang mendukung stabilitas sosial dan ekonomi nasional.
Investasi di sektor alas kaki juga menunjukkan tren positif. Selama periode Januari hingga Mei 2025, tercatat investasi dari 12 perusahaan skala besar di sektor alas kaki (PMA) dengan total nilai investasi mencapai Rp 8 triliun. Investasi ini menghasilkan kapasitas produksi sebesar 64,6 juta pasang sepatu dan 214,6 juta pasang komponen alas kaki, serta menyerap tenaga kerja lebih dari 80 ribu orang.
"Ini adalah sinyal positif bahwa Indonesia masih menjadi destinasi utama investasi industri padat karya berorientasi ekspor," pungkas Taufiek.
Daftar Upaya Pemerintah Mendukung Industri Alas Kaki:
- Penguatan perjanjian dagang
- Mendorong mutual recognition agreement dalam hal sertifikasi
- Memperluas akses pasar ke kawasan non-tradisional