Pariwisata Kesehatan: Peluang Emas Ekonomi Indonesia dengan Potensi Rp 1.362 Triliun
Pariwisata Kesehatan: Harapan Baru Ekonomi Indonesia
Indonesia tengah membidik potensi besar dari sektor pariwisata kesehatan. Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin melihat peluang ini sebagai sumber pendapatan negara yang signifikan, mencapai angka fantastis 84 miliar dollar AS atau setara dengan Rp 1.362 triliun. Angka ini diungkapkan dalam International Conference on Infrastructure (ICI) 2025, Jakarta.
Menkes memaparkan bahwa rata-rata usia penduduk Indonesia saat ini sekitar 70 tahun, dengan pengeluaran untuk kesehatan mencapai 140 dollar AS per tahun per orang. Total pengeluaran kesehatan masyarakat Indonesia mencapai 40 miliar dollar AS. Namun, angka ini diprediksi terus meningkat seiring bertambahnya usia populasi. Menkes mencontohkan Malaysia, dimana setiap penduduknya mengeluarkan 400 dollar AS per tahun untuk kesehatan dengan usia harapan hidup 76 tahun. Jika diterapkan di Indonesia dengan populasi 280 juta jiwa, potensi yang bisa diraih mencapai 84 miliar dollar AS. Angka ini setara dengan enam persen peningkatan PDB di sektor layanan kesehatan.
Potensi ini mendorong perlunya pengembangan pariwisata kesehatan domestik. Saat ini, banyak warga Indonesia yang memilih berobat ke luar negeri seperti Malaysia, Singapura, dan Amerika Serikat, dengan total pengeluaran mencapai 10 miliar dollar AS per tahun. Menkes menekankan bahwa jika dana ini bisa dialihkan untuk layanan kesehatan di dalam negeri, akan memberikan dampak besar bagi perekonomian Indonesia.
Strategi Pengembangan Pariwisata Kesehatan
Menkes mengusulkan beberapa lokasi strategis seperti Bali, Labuan Bajo, dan Batam untuk dijadikan pusat pariwisata kesehatan. Dengan demikian, masyarakat Indonesia bisa menikmati liburan sekaligus mendapatkan layanan kesehatan berkualitas. Selain menarik wisatawan domestik, lokasi-lokasi ini juga berpotensi menarik wisatawan mancanegara.
Kementerian Pariwisata (Kemenpar) melalui Menteri Widiyanti Putri Wardhana telah berkolaborasi dengan Kemenkes untuk menyusun panduan wisata kesehatan. Pembangunan infrastruktur di berbagai daerah juga menjadi kunci untuk mendukung pengembangan layanan wisata tematik, termasuk kesehatan dan kebugaran. Pemerintah telah membangun Sanur Special Economic Zone di Bali dan Batam International Health and Tourism Special Economic Zone di Kepulauan Riau untuk mewujudkan hal ini.
Sanur Special Economic Zone telah menarik investasi sebesar Rp 4,25 triliun dan diharapkan memberikan pendapatan negara lebih dari Rp 20 triliun pada tahun 2045. Sementara itu, Batam International Health and Tourism Special Economic Zone diharapkan dapat memberikan kontribusi 1,03 persen terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Batam dan menciptakan lebih dari 105 ribu lapangan kerja.
Fokus pada Pengalaman Holistik
Widiyanti menambahkan bahwa wisatawan mancanegara saat ini semakin memperhatikan aspek kesehatan dan mencari pengalaman yang menggabungkan budaya, tradisi, dan alam. Indonesia memiliki potensi besar untuk bersaing dalam industri pariwisata kesehatan karena memiliki semua elemen tersebut. Pemerintah juga menjalin kerjasama dengan mitra bisnis dari negara lain, seperti Jepang, untuk mengembangkan pasar yang sedang berkembang.
Proyek-proyek yang sedang dikembangkan mencakup spa Indonesia dan fasilitas tempat tinggal lansia, yang telah menarik minat besar dari investor, termasuk perusahaan medis. Dengan menggabungkan layanan kesehatan dan pariwisata, Indonesia berpotensi menjadi negara yang lebih kuat, lebih sehat, dan lebih maju.
Pentingnya Sinergi
Pengembangan pariwisata kesehatan memerlukan sinergi antara berbagai pihak, termasuk pemerintah, pelaku industri kesehatan, dan sektor pariwisata. Dengan kerjasama yang baik, Indonesia dapat memanfaatkan potensi besar ini untuk meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat.