Peningkatan Merkuri di Sungai Global: Studi Ungkap Dampak Aktivitas Manusia Sejak Era Industri

Studi Ungkap Peningkatan Signifikan Merkuri di Sungai-sungai Dunia

Sebuah studi terbaru dari Universitas Tulane, AS, mengungkap fakta mencengangkan terkait peningkatan kadar merkuri di sungai-sungai di seluruh dunia. Penelitian ini menunjukkan bahwa sejak era pra-industri, kadar merkuri di sungai-sungai global telah meningkat lebih dari dua kali lipat. Temuan ini memberikan data dasar penting mengenai tingkat merkuri di sungai secara global dan menyoroti dampak signifikan aktivitas manusia terhadap lingkungan.

Studi yang dipublikasikan dalam jurnal Science Advances ini menggunakan model komputer canggih untuk memperkirakan aliran merkuri di sungai-sungai dunia. Hasilnya menunjukkan peningkatan drastis jumlah merkuri yang diangkut oleh sungai ke laut, dari sekitar 390 metrik ton per tahun sebelum era industri menjadi sekitar 1.000 metrik ton per tahun saat ini. Peningkatan ini mengkhawatirkan karena merkuri adalah neurotoksin kuat yang dapat terakumulasi dalam ikan dan menimbulkan risiko kesehatan bagi manusia dan satwa liar yang mengonsumsinya.

Faktor Pendorong Peningkatan Merkuri

Menurut Yanxu Zhang, profesor madya ilmu Bumi dan lingkungan di Sekolah Sains dan Teknik Tulane yang juga penulis utama studi ini, pendorong utama peningkatan kadar merkuri di sungai adalah:

  • Pembuangan air limbah
  • Erosi tanah
  • Pelepasan merkuri dari kegiatan industri dan pertambangan

Zhang menekankan bahwa aktivitas manusia telah mengganggu siklus merkuri global dalam setiap aspek. Jalur sungai, sebagai "pipa" utama untuk mengalirkan merkuri dari limbah kota dan industri, seringkali diabaikan dalam penelitian sebelumnya. Penelitian ini juga menyoroti bahwa sungai-sungai di dekat habitat satwa liar yang kritis, termasuk jalur migrasi burung utama di Asia Timur dan Amerika Utara, telah mengalami peningkatan kadar merkuri yang mengkhawatirkan.

Dampak Regional dan Kontributor Utama

Analisis regional menunjukkan peningkatan paling dramatis dalam polusi merkuri terjadi di Amerika Utara dan Selatan, yang menyumbang 41 persen dari pertumbuhan global merkuri sungai sejak tahun 1850. Asia Tenggara (22 persen) dan Asia Selatan (19 persen) juga mengalami peningkatan signifikan. Penambangan emas skala kecil dan artisanal (ASGM) diidentifikasi sebagai kontributor yang sangat signifikan terhadap pencemaran merkuri di Amerika Selatan, Asia Tenggara, dan sebagian Afrika. Di wilayah Amazon, misalnya, kadar merkuri telah melonjak akibat peningkatan erosi tanah akibat penggundulan hutan dan pelepasan merkuri dari aktivitas penambangan.

Di sisi lain, industri menjadi penyebab utama peningkatan polusi merkuri di sungai-sungai di Asia Timur, dengan China menjadi kontributor dominan. Wilayah tersebut menyumbang lebih dari 70 persen merkuri regional. Lonjakan aliran merkuri di Sungai Yangtze menjadi bukti nyata dampak industrialisasi terhadap lingkungan.

Pengecualian dan Implikasi

Menariknya, tidak semua wilayah mengalami peningkatan. Wilayah Mediterania mengalami tingkat merkuri yang lebih rendah dibandingkan dengan masa pra-industri, yang oleh para peneliti dikaitkan dengan pembangunan bendungan seperti Bendungan Tinggi Aswan di Sungai Nil yang memerangkap sedimen yang mengandung merkuri. Pengukuran konsentrasi merkuri di sungai menjadi alat penting untuk memantau efektivitas upaya global dalam memerangi polusi merkuri. Dengan memantau sungai, dapat dievaluasi apakah kebijakan dan investasi yang dilakukan untuk mengurangi emisi dan memulihkan lingkungan benar-benar efektif.

Penelitian ini menegaskan perlunya tindakan segera untuk mengurangi emisi merkuri dan melindungi ekosistem sungai dari dampak negatif polusi merkuri. Penetapan batas dasar untuk merkuri sungai selama era pra-industri dapat berfungsi sebagai titik acuan utama dalam upaya restorasi dan pengelolaan lingkungan.