Labelisasi Makanan yang Tidak Konsisten Dorong Peningkatan Limbah Pangan Rumah Tangga
Konsumen seringkali dihadapkan pada dilema kompleks saat berbelanja dan menyimpan makanan. Informasi yang tertera pada label makanan, yang seharusnya menjadi panduan, justru seringkali menimbulkan kebingungan. Sebuah studi terbaru menyoroti bagaimana ketidakjelasan dan inkonsistensi pada label makanan berkontribusi signifikan terhadap peningkatan limbah pangan di tingkat rumah tangga.
Studi yang dilakukan oleh Universitas RMIT bekerja sama dengan End Food Waste Australia mengungkapkan bahwa desain label tanggal yang ambigu dan saran penyimpanan yang kurang jelas mendorong konsumen untuk membuang makanan yang sebenarnya masih layak konsumsi. Penelitian ini menyoroti perlunya standardisasi dan penyederhanaan informasi pada label makanan untuk membantu konsumen membuat keputusan yang lebih tepat dan mengurangi pemborosan.
Tim peneliti menemukan bahwa label tanggal yang tidak seragam, seperti "baik digunakan sebelum" dan "terbaik sebelum", seringkali disalahartikan oleh konsumen. Banyak yang menganggap bahwa makanan yang telah melewati tanggal tersebut otomatis tidak aman dikonsumsi, padahal seringkali masih aman dan layak makan. Selain itu, saran penyimpanan yang tidak jelas atau tidak lengkap juga dapat menyebabkan makanan cepat rusak dan akhirnya terbuang.
Penelitian ini melibatkan survei dan wawancara dengan berbagai kelompok konsumen di Australia. Hasilnya menunjukkan bahwa konsumen sangat menginginkan label makanan yang lebih jelas, konsisten, dan mudah dipahami. Mereka juga mengharapkan adanya informasi yang lebih rinci mengenai cara menyimpan makanan dengan benar agar tetap segar lebih lama.
Lukas Parker, penulis utama studi ini, menekankan pentingnya sistem pelabelan yang seragam dan informatif. "Sudah saatnya kita memiliki sistem yang konsisten dan jelas yang membantu orang membuat pilihan yang lebih cerdas, menghemat uang, dan mencegah makanan yang masih bagus terbuang ke tempat sampah," ujarnya.
Namun, implementasi sistem pelabelan yang lebih baik bukan tanpa tantangan. Industri makanan seringkali enggan mengubah praktik pelabelan mereka karena alasan biaya, kepatuhan terhadap peraturan, dan kerumitan regulasi. Terdapat kesenjangan yang signifikan antara apa yang diinginkan konsumen dan kemampuan industri untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Tristan Butt, CEO End Food Waste Australia, menyerukan kolaborasi antara pemerintah, pengecer, dan produsen makanan untuk mengatasi masalah ini. "Pelabelan tanggal yang jelas dan konsisten adalah salah satu cara yang paling hemat biaya dan dapat diskalakan untuk mengurangi sampah makanan rumah tangga, tetapi itu tidak akan terjadi tanpa kolaborasi di seluruh industri," katanya.
Temuan studi ini menggarisbawahi perlunya perubahan signifikan dalam cara makanan diberi label dan dikemas. Dengan label yang lebih jelas dan informatif, konsumen dapat membuat keputusan yang lebih bijak, mengurangi pemborosan makanan, dan berkontribusi pada lingkungan yang lebih berkelanjutan.
Beberapa perubahan yang direkomendasikan dalam studi ini antara lain:
- Standardisasi label tanggal: Menggunakan satu format tanggal yang jelas dan mudah dipahami.
- Informasi penyimpanan yang lebih rinci: Menyertakan saran penyimpanan yang spesifik untuk setiap jenis makanan.
- Penggunaan ikon yang sederhana: Menggunakan ikon visual untuk mengkomunikasikan informasi penting secara cepat dan mudah.
- Ukuran cetakan yang lebih besar: Memastikan bahwa informasi pada label mudah dibaca oleh semua konsumen.
Dengan menerapkan perubahan-perubahan ini, diharapkan limbah pangan di tingkat rumah tangga dapat dikurangi secara signifikan, sehingga memberikan manfaat ekonomi dan lingkungan bagi masyarakat luas.