Gejolak Harga Minyak Global Dipicu Ketegangan di Timur Tengah
Harga Minyak Fluktuatif di Tengah Konflik Regional
Pasar minyak global menunjukkan volatilitas yang meningkat seiring dengan eskalasi ketegangan di Timur Tengah. Harga minyak mentah mengalami fluktuasi yang signifikan, dipengaruhi oleh kekhawatiran akan potensi gangguan pasokan akibat konflik yang berkecamuk.
Pada perdagangan hari Kamis (12/6/2025), harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) mengalami penurunan tipis sebesar 0,16 persen, berada di level 68,04 dollar AS per barel. Sementara itu, minyak mentah Brent, sebagai acuan global, juga terkoreksi sebesar 0,59 persen menjadi 69,36 dollar AS per barel. Koreksi ini terjadi setelah lonjakan harga yang cukup tajam pada sesi sebelumnya, dipicu oleh meningkatnya kekhawatiran akan potensi konfrontasi langsung antara Israel dan Iran.
Ketegangan geopolitik di Timur Tengah, khususnya potensi konflik yang melibatkan negara-negara produsen minyak utama, selalu menjadi faktor pendorong utama fluktuasi harga minyak dunia. Salah satu titik krusial adalah Selat Hormuz, jalur perairan strategis yang menjadi lintasan bagi sekitar 30 persen perdagangan minyak global.
Menurut pengamat pasar, penutupan Selat Hormuz akan menjadi skenario terburuk bagi pasar energi global. Meskipun ancaman penutupan telah berulang kali muncul sepanjang sejarah, Selat Hormuz hingga kini tetap terbuka untuk lalu lintas maritim, memastikan kelancaran distribusi minyak mentah ke seluruh dunia.
Analis Global Risk Management, Arne Rasmussen, menekankan bahwa Selat Hormuz memiliki peran yang sangat vital dalam ekosistem energi global. Terganggunya operasional di selat ini akan memberikan dampak yang signifikan pada harga minyak dan stabilitas pasokan energi dunia.
Pasar akan terus memantau perkembangan situasi di Timur Tengah dengan seksama. Setiap indikasi peningkatan eskalasi konflik berpotensi mendorong harga minyak lebih tinggi, sementara upaya de-eskalasi dapat memberikan sentimen positif dan menekan harga. Volatilitas diperkirakan akan tetap menjadi ciri pasar minyak dalam beberapa waktu mendatang, seiring dengan ketidakpastian geopolitik yang terus membayangi.