Efek Psikologis Makanan Hangat: Lebih dari Sekadar Pengisi Perut
Kehangatan Semangkuk Sup: Ketika Makanan Menjadi Pelipur Lara
Kisah Kirana Ayuningtyas, seorang wanita yang berjuang melawan masa sulit pasca-kecelakaan, menjadi contoh nyata bagaimana makanan hangat dapat berperan sebagai penenang jiwa. Di tengah keterpurukannya, semangkuk sup iga hangat yang disajikan oleh asisten rumah tangganya, Bi Nunung, menjadi secercah harapan. Makanan itu bukan hanya sekadar pengisi perut, tetapi juga pengingat akan kenangan indah dan rasa aman yang pernah dirasakannya.
Peristiwa serupa juga dialami oleh seorang pria berinisial OIB di Bantul, Yogyakarta. Setelah ditemukan dalam kondisi depresi, ia akhirnya ditemukan sedang menikmati soto bersama keluarganya. Kedua kisah ini menggambarkan bagaimana makanan, khususnya yang hangat, dapat memberikan efek positif pada kondisi psikologis seseorang.
Penjelasan Psikologis: Comfort Food dan Kenangan
Psikolog Vera Itabiliana Hadiwidjojo menjelaskan bahwa makanan hangat seringkali diasosiasikan dengan konsep comfort food. Makanan jenis ini membangkitkan rasa aman, keakraban, dan emosi positif. Lebih dari sekadar rasa, makanan hangat seringkali terhubung dengan kenangan masa kecil atau momen-momen istimewa yang membekas di benak seseorang. Suhu yang hangat memberikan rasa nyaman pada tubuh, sementara aroma dan rasa yang familiar dapat merangsang produksi hormon-hormon yang meningkatkan suasana hati, seperti dopamin, serotonin, dan oksitosin.
Perhatian Kecil yang Berarti Besar
Dalam situasi krisis, seseorang cenderung menutup diri dari lingkungan sekitar. Di sinilah perhatian kecil, seperti menyajikan makanan hangat, dapat menjadi bentuk intervensi emosional yang efektif. Tindakan ini tidak menghakimi, tidak menggurui, tetapi memberikan rasa hadir dan dukungan. Makanan hangat dapat menjadi jembatan komunikasi emosional yang menyampaikan pesan bahwa seseorang tidak sendirian dalam menghadapi masalahnya.
Bagi Kirana, sup iga buatan Bi Nunung adalah representasi dari masa kecilnya, rasa aman yang ia rindukan, dan bukti bahwa ada orang yang peduli padanya. Tindakan sederhana seperti memastikan seseorang tidak makan sendirian atau memasakkan makanan favoritnya dapat memberikan dampak yang jauh lebih besar daripada sekadar kata-kata motivasi.
Lebih dari Sekadar Nutrisi
Makanan hangat memiliki kekuatan untuk menenangkan jiwa dan memberikan rasa nyaman. Efek ini berasal dari kombinasi faktor fisik dan psikologis, termasuk suhu yang menenangkan, aroma dan rasa yang familiar, serta asosiasi dengan kenangan positif dan rasa aman. Dalam kondisi krisis, perhatian kecil seperti menyajikan makanan hangat dapat menjadi bentuk dukungan emosional yang sangat berarti.
- Dopamin: Hormon yang terkait dengan rasa senang dan motivasi.
- Serotonin: Hormon yang berperan dalam mengatur suasana hati, tidur, dan nafsu makan.
- Oksitosin: Hormon yang dikenal sebagai "hormon cinta" karena perannya dalam membangun ikatan sosial dan mengurangi stres.