Garuda Cafe: Oase Indonesia di Jantung Tokyo, Tempat Diaspora Mengobati Rindu

Di tengah gemerlap kota Tokyo, tepatnya di kawasan Kamata yang ramai, hadir sebuah tempat yang menjadi rumah kedua bagi diaspora Indonesia: Garuda Cafe. Lebih dari sekadar restoran yang menyajikan hidangan lezat khas Nusantara, kafe ini menjelma menjadi pusat komunitas, wadah pelestarian budaya, dan tempat mengobati kerinduan akan Tanah Air.

Kisah di balik berdirinya Garuda Cafe adalah cerita tentang Swasta Putra Dianto, seorang perantau asal Malang, Jawa Timur, yang merasakan betul pahitnya kesepian di negeri asing. Pengalaman sulit menemukan komunitas Indonesia mendorongnya untuk mewujudkan mimpi:

"Saya sudah 16 tahun di Jepang. Awalnya, saya merasa sangat sedih dan kesulitan untuk bertemu dengan orang Indonesia. Dari pengalaman itulah, saya bermimpi untuk memiliki usaha yang bisa menjadi tempat berkumpul bagi orang Indonesia kapan saja," ungkap Swasta.

Merealisasikan bisnis di negeri orang tentu bukan perkara mudah. Swasta menyadari betul tantangan yang dihadapi sebagai warga asing. Ia memutuskan untuk menggandeng mitra lokal Jepang untuk mempermudah proses bisnis. Setelah dua tahun melakukan riset dan mencari lokasi yang sesuai, mimpi itu pun akhirnya terwujud.

Makna Garuda di Negeri Sakura

Pemilihan nama "Garuda" bukanlah tanpa alasan. Bagi Swasta, Garuda melambangkan semangat kebangsaan dan persatuan Indonesia yang ingin ia bawa ke tanah rantau. Ia ingin Garuda Cafe menjadi simbol identitas Indonesia yang mudah dikenali dan menarik perhatian diaspora Indonesia.

"Saya memilih nama Garuda karena lebih nasionalis. Garuda identik dengan Indonesia dan agar orang Indonesia lebih mudah mengenali dan berkunjung ke sini. Kebanyakan orang Indonesia yang membuka usaha kuliner di luar negeri biasanya menggunakan nama warung atau nama daerah. Konsep saya adalah ingin merangkul seluruh Indonesia, tanpa memandang suku atau agama," jelas Swasta.

Kini, Garuda Cafe tidak hanya menyajikan hidangan lezat, tetapi juga menjadi ruang bagi kegiatan budaya. Swasta secara rutin menggelar berbagai acara kesenian, mulai dari tari Bali, tari Jawa, hingga pertunjukan musik daerah. Tujuannya adalah menciptakan suasana Indonesia yang hangat dan inklusif di setiap sudut kafe.

"Saya ingin Garuda Cafe menjadi tempat bagi orang Indonesia yang datang ke Tokyo untuk berkumpul. Kami mengadakan acara kesenian setiap beberapa bulan sekali, menampilkan tari Bali, Jawa, dan daerah lainnya. Saya ingin Garuda Cafe ini terasa sangat Indonesia," imbuhnya.

Cita Rasa Nusantara di Tengah Kota Tokyo

Menu yang ditawarkan di Garuda Cafe sepenuhnya bercita rasa Indonesia. Mulai dari ayam betutu khas Bali hingga berbagai jenis lalapan, semua diracik berdasarkan resep pribadi Swasta dan dieksekusi oleh koki di dapur.

"Saat ini, menu yang paling laris adalah ayam geprek. Kebetulan, yang memasak adalah orang Indonesia. Saya bukan chef, tapi saya suka kuliner, jadi saya tahu bumbu-bumbunya," kata pria berusia 41 tahun itu.

Meskipun bahan makanan khas Indonesia sulit didapat dan mahal di Jepang, Swasta tetap berkomitmen untuk menjaga harga agar terjangkau. Harga makanan di Garuda Cafe berkisar mulai dari 1.000 yen, dengan menu termahal seperti nasi bebek dan nasi campur.

"Memang bahan bakunya sulit didapat dan harus dikirim dari Indonesia. Kalaupun tersedia di sini, harganya bisa dua kali lipat. Jadi, untuk harga jual, kami berusaha untuk menekan agar lebih murah dari harga lain. Misalnya, jika di tempat lain harganya Rp 100.000, di sini kami jual Rp 95.000. Kami juga memberikan servis lebih, seperti memberikan kerupuk lebih banyak atau menambah sambal secara gratis," jelasnya.

Dengan fasilitas tambahan seperti mushola dan karaoke gratis, Garuda Cafe bukan sekadar tempat makan. Kafe ini telah menjadi rumah kedua bagi banyak orang Indonesia di Jepang, tempat untuk berbagi tawa, cerita, dan mengobati rindu.

Ruang Komunitas dan Kebanggaan

Dengan luas area sekitar 120 x 100 meter, Garuda Cafe mampu menampung hingga 100 orang. Tidak heran jika tempat ini sering digunakan sebagai lokasi berbagai kegiatan komunitas Indonesia, mulai dari kumpul santai, ulang tahun, hingga nonton bareng pertandingan timnas Indonesia.

"Tempat ini sering digunakan untuk berkumpulnya teman-teman Indonesia dari berbagai daerah di Jepang. Mereka sering mengadakan acara di sini karena hanya di sini saja tempat yang memadai. Sekali datang, jumlahnya bisa mencapai 20 hingga 100 orang," ujar Swasta.

"Kebanyakan pengunjung adalah orang Indonesia yang tinggal di Jepang. Karena lokasi kami dekat dengan Bandara Haneda, banyak juga pengunjung dari Indonesia atau luar negeri yang datang ke sini. Kadang-kadang, saya bekerja sama dengan teman-teman tour guide untuk membawa tamu ke Garuda Cafe," sambungnya.

Bahkan, baru-baru ini, saat Jepang menjadi salah satu destinasi favorit pecinta sepak bola dari Indonesia untuk menyaksikan Kualifikasi Piala Dunia 2026, Garuda Cafe menjadi tempat persinggahan yang tak terlupakan.

"Saya sendiri sempat kecewa karena laga dipindahkan ke Osaka. Jika tetap di Tokyo, pasti akan lebih banyak lagi yang datang. Tapi, lumayan banyak orang yang mampir dulu sebelum ke Osaka karena mereka sudah membeli tiket ke Tokyo jauh-jauh hari. Saya senang banyak tamu yang datang ke Garuda Cafe, rasanya terobati bisa bertemu dengan orang-orang Indonesia," pungkas Swasta.