Kebijakan Sekolah Lebih Awal di Jawa Barat: Efektifkah Meningkatkan Disiplin Siswa?
Kebijakan Sekolah Lebih Awal di Jawa Barat: Efektifkah Meningkatkan Disiplin Siswa?
Kebijakan baru di Jawa Barat yang mengharuskan siswa dari berbagai tingkatan, mulai dari PAUD hingga SMA, untuk memulai kegiatan belajar mengajar pada pukul 06.30 WIB menuai pro dan kontra di kalangan masyarakat. Meskipun sebagian mendukung langkah ini, banyak pula yang meragukan efektivitasnya dan menyerukan perlunya kajian yang lebih mendalam.
Mohammad Rizky Satria, Kepala Sekolah Cikal Bandung, sebagai seorang praktisi pendidikan, menyampaikan beberapa catatan penting terkait kebijakan ini. Menurutnya, kebijakan sekolah lebih awal di Jawa Barat cenderung menekankan kepatuhan siswa melalui pemaksaan. Rizky berpendapat bahwa fokus pada kepatuhan tanpa mempertimbangkan kebutuhan individu siswa hanya akan memicu motivasi ekstrinsik, dan gagal menumbuhkan kesadaran internal akan pentingnya disiplin.
Paradigma Pendidikan yang Bergeser
Rizky menekankan bahwa generasi muda saat ini lebih dinamis dan terbuka, sehingga membutuhkan pendekatan pendidikan yang lebih memberdayakan. Ia mengidentifikasi dua alasan utama mengapa kebijakan sekolah lebih awal belum tentu efektif dalam meningkatkan disiplin siswa:
- Minimnya Bukti Ilmiah: Rizky menyatakan bahwa belum ada bukti ilmiah yang kuat yang mendukung klaim bahwa masuk sekolah lebih awal secara signifikan meningkatkan kedisiplinan siswa. Justru, kajian ilmiah cenderung merekomendasikan penundaan jam masuk sekolah untuk memastikan siswa memiliki waktu istirahat yang cukup dan persiapan yang memadai sebelum memulai kegiatan belajar. Kebijakan yang tidak didasarkan pada kebutuhan siswa berpotensi hanya menuntut kepatuhan semata, tanpa menumbuhkan pemahaman yang mendalam tentang pentingnya disiplin.
- Kebutuhan akan Kesadaran dan Kemandirian: Rizky berpendapat bahwa membangun disiplin dapat dilakukan melalui berbagai cara yang lebih memberdayakan, yang mendorong siswa untuk mengembangkan kesadaran dan kemandirian. Ia menekankan bahwa disiplin yang hanya didasarkan pada kepatuhan tidak akan menghasilkan kesadaran yang berkelanjutan. Alih-alih memaksakan siswa untuk masuk sekolah lebih awal, Rizky menyarankan pendekatan yang lebih konstruktif, seperti membuat kesepakatan dengan anak-anak untuk bangun tidur dan merapikan tempat tidur secara mandiri, atau mempersiapkan kebutuhan sekolah mereka sendiri tanpa bergantung pada orang tua.
Peran Pendidik dalam Menumbuhkan Disiplin
Rizky mengingatkan para pendidik untuk berhati-hati dalam menyikapi kebijakan sekolah lebih awal. Ia mendorong mereka untuk tidak hanya fokus pada membangun kepatuhan, tetapi juga pada menumbuhkan kesadaran agar peningkatan disiplin dapat dicapai secara efektif. Ia berharap kebijakan ini dapat disikapi secara kritis oleh para pendidik, dengan melampaui metode pendidikan konvensional yang hanya menekankan kepatuhan. Rizky menegaskan bahwa kepatuhan saja tidak menjamin disiplin yang sejati. Sebaliknya, pendidik perlu mencari cara-cara inovatif untuk membangun disiplin dengan menumbuhkan kesadaran dan kemandirian dalam diri siswa.
Dengan demikian, Rizky menekankan pentingnya perubahan paradigma dalam pendidikan, dari pendekatan yang berfokus pada kepatuhan menjadi pendekatan yang memberdayakan siswa untuk mengembangkan kesadaran dan kemandirian. Hal ini, menurutnya, akan menjadi fondasi yang lebih kuat untuk membangun disiplin yang berkelanjutan.