Indonesia dan Singapura Jalin Kemitraan Strategis: Ekspor Energi Hijau Skala Besar
Indonesia dan Singapura telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) yang menandai era baru kerja sama bilateral di bidang energi. Kesepakatan ini memfokuskan pada ekspor listrik hijau dari Indonesia ke Singapura, dengan target mencapai 3,4 gigawatt (GW) pada tahun 2035. Penandatanganan MoU ini dilakukan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Indonesia, Bahlil Lahadalia, dan Menteri Tenaga Kerja sekaligus Menteri Kedua Bidang Perdagangan dan Industri Singapura, Tan See Leng, di Jakarta.
Kemitraan strategis ini tidak hanya terbatas pada perdagangan listrik. MoU tersebut mencakup beberapa aspek penting:
- Pengembangan Zona Industri Berkelanjutan: Singapura akan berinvestasi dalam pembangunan zona industri berkelanjutan di Indonesia, khususnya di Kepulauan Riau. Zona ini akan menjadi pusat pengembangan energi terbarukan dan industri hijau.
- Interkoneksi dan Perdagangan Listrik Lintas Batas: Pembangunan infrastruktur interkoneksi akan memfasilitasi perdagangan listrik antara kedua negara.
- Teknologi Energi Terbarukan dan Rendah Karbon: Kerja sama dalam pengembangan dan penerapan teknologi energi terbarukan, seperti pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dan sistem penyimpanan energi baterai (BESS), akan menjadi prioritas.
- Efisiensi dan Konservasi Energi: Kedua negara akan berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam meningkatkan efisiensi energi dan konservasi.
- Kerja Sama dalam Penangkapan dan Penyimpanan Karbon Lintas Batas (CCS): Mengingat potensi penyimpanan karbon yang besar di Indonesia, kerja sama dalam CCS akan menjadi bagian penting dari upaya mitigasi perubahan iklim.
Menteri Bahlil Lahadalia menekankan bahwa kerja sama ini harus saling menguntungkan. Indonesia akan memasok listrik hijau ke Singapura, sementara Singapura akan berinvestasi dalam pembangunan kawasan industri berbasis energi terbarukan di Indonesia. Dengan demikian, kerja sama ini akan mendorong hilirisasi industri di Indonesia dan menciptakan lapangan kerja baru.
Proyek perdagangan listrik hijau lintas batas ini diperkirakan akan menarik investasi signifikan, dengan potensi investasi sebesar 30-50 miliar dollar AS untuk pembangunan pembangkit panel surya. Selain itu, pembangunan manufaktur panel surya dan BESS diperkirakan akan menarik investasi sebesar 2,7 miliar dollar AS. Kerja sama ini juga berpotensi menghasilkan tambahan devisa per tahun sebesar 4-6 miliar dollar AS dan menciptakan 418.000 lapangan kerja baru.
Kemitraan ini tidak hanya akan memenuhi kebutuhan energi Singapura yang semakin meningkat, tetapi juga akan membantu Indonesia mencapai target energi bersihnya dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.