Gejolak Timur Tengah Picu Reaksi Pasar Global: Harga Minyak dan Emas Meroket, Bursa Saham Asia Tertekan
markdown Pasar global menunjukkan reaksi signifikan terhadap meningkatnya tensi geopolitik di Timur Tengah, menyusul serangan udara yang dilancarkan Israel ke wilayah Iran pada Jumat (13/6/2025). Dampak langsung terasa pada pergerakan harga komoditas utama, pasar saham, dan nilai tukar mata uang. Kenaikan harga minyak mentah menjadi sorotan utama, diikuti dengan lonjakan harga emas sebagai aset safe haven. Sementara itu, bursa saham di kawasan Asia mengalami tekanan jual yang cukup besar.
Harga Minyak Meroket Akibat Kekhawatiran Gangguan Pasokan
Harga minyak mentah dunia mengalami lonjakan tajam setelah serangan Israel. Kontrak berjangka Brent naik signifikan, mencapai level tertinggi sejak akhir Januari 2025. West Texas Intermediate (WTI) AS juga mengalami kenaikan serupa. Kenaikan ini didorong oleh kekhawatiran akan potensi gangguan pasokan minyak dari Timur Tengah, khususnya jika konflik meluas dan berdampak pada Selat Hormuz, jalur strategis yang dilalui sebagian besar ekspor minyak global.
Beberapa analis memperingatkan bahwa harga minyak dapat terus melonjak jika Selat Hormuz terganggu. Penutupan selat ini akan menjadi mimpi buruk bagi pasar energi global, mengingat volume minyak yang melewati jalur tersebut setiap harinya.
Emas Jadi Buruan di Tengah Ketidakpastian
Dalam situasi ketidakpastian global, emas kembali menjadi aset pilihan bagi investor. Harga emas spot melonjak mendekati rekor tertinggi sepanjang masa yang tercatat pada bulan April. Permintaan terhadap aset safe haven ini meningkat seiring dengan kekhawatiran terhadap eskalasi konflik dan dampaknya terhadap stabilitas ekonomi global.
Bursa Saham Asia Tertekan Sentimen Negatif
Pasar saham di kawasan Asia turut merasakan dampak dari ketegangan geopolitik ini. Indeks Nikkei Jepang, KOSPI Korea Selatan, dan Hang Seng Hong Kong mengalami penurunan pada sesi perdagangan Jumat. Sentimen pasar yang sudah rapuh diperburuk oleh meningkatnya ketidakpastian, mendorong investor untuk mengurangi eksposur terhadap aset berisiko.
Reaksi Pasar Uang dan Diplomasi Internasional
Di pasar uang, obligasi pemerintah AS menjadi incaran investor, mendorong penurunan imbal hasil (yield) US Treasuries. Swiss franc dan dollar AS juga kembali diminati sebagai aset yang aman. Para pelaku pasar menunjukkan kewaspadaan tinggi terhadap risiko konflik skala besar, yang berpotensi memicu volatilitas pasar lebih lanjut.
Menanggapi situasi ini, Menteri Luar Negeri AS menyatakan bahwa serangan Israel merupakan tindakan sepihak dan menegaskan bahwa Washington tidak terlibat serta meminta Iran untuk tidak menyerang kepentingan AS. Sementara itu, Pemimpin Tertinggi Iran mengancam akan memberikan hukuman berat kepada Israel atas serangan tersebut.
Analis pasar menilai bahwa lonjakan harga minyak dalam beberapa hari terakhir belum sepenuhnya mencerminkan potensi gangguan nyata terhadap produksi minyak Iran. Situasi ini masih sangat dinamis dan berpotensi memperpanjang tekanan bagi pasar global, yang sebelumnya sudah dihadapkan pada tantangan kebijakan perdagangan dan negosiasi nuklir.