Semangkuk Mi Kari Selamatkan Perempuan dari Jerat Depresi dan Percobaan Bunuh Diri
Kisah Melati (nama samaran) menjadi pengingat betapa peliknya perjuangan melawan depresi dan keinginan mengakhiri hidup. Pengalaman pahit ini ia bagikan melalui media sosial, menceritakan momen ketika ia merasa berada di titik nadir kehidupannya.
Melati mengaku telah menulis surat wasiat dan menarik seluruh uangnya di ATM untuk melunasi hutang. Ia bahkan telah mencoba mengakhiri hidupnya dengan gantung diri, namun usahanya gagal karena simpul tali yang dibuatnya tidak kuat. Percobaan kedua pun menemui kegagalan karena kayu yang menjadi tumpuan talinya patah. Dalam keputusasaan dan kesedihan, Melati teringat pada sesuatu yang selalu bisa membuatnya merasa lebih baik: semangkuk mi kari.
Ia kemudian pergi ke dapur dan memasak mi kari spesial dengan tambahan empat buah cabai. Setelah makan, ia tertidur dan melupakan sejenak niat buruknya. Bagi Melati, semangkuk mi kari bukan sekadar pengganjal perut, melainkan titik balik yang membantunya kembali menghargai hidup. Ia bahkan merasa orang yang mencoba mengakhiri hidupnya kemarin bukanlah dirinya.
Sejak saat itu, Melati mulai menemukan kebahagiaan dalam hal-hal kecil, seperti kelahiran anak kucing peliharaannya. Ia kembali bersemangat dan tidak lagi meremehkan setiap perjuangan dalam hidupnya. Melati juga mengucapkan terima kasih atas dukungan yang diterimanya dan memberikan semangat kepada orang lain yang mungkin mengalami hal serupa.
Psikolog Veronica Adesla dari Ohana Space menjelaskan bahwa depresi memang menjadi salah satu faktor pendorong seseorang untuk mengakhiri hidup. Ia menjelaskan tentang major depressive disorder (MDD), kondisi depresi berat yang dapat mendorong seseorang untuk bertindak. Tindakan tersebut dimulai dari keinginan mengakhiri hidup, memikirkan cara, mencari tahu cara, sampai melakukan tindakan mengakhiri hidup.
Veronica menambahkan bahwa ada naluri bertahan hidup atau survival instinct yang dapat menjadi penentu di momen kritis antara hidup dan mati. Hal-hal kecil seperti makanan favorit, ingatan tentang orang-orang terkasih, atau bahkan ketakutan akan konsekuensi dari tindakan bunuh diri dapat memicu naluri ini.
"Biasanya di saat critical, insting untuk hidup ini teraktivasi bisa karena banyak hal. Misal, 'ohh kalau ini aku lakukan dan tidak berhasil, aku malah menambah beban orang lain, kalau aku jadi cacat bagaimana?'," kata Veronica.
"Atau kemudian ada orang yang tiba-tiba menghubungi, dan kemudian dia merasa tidak sendiri. Kalau dia memaknai, ini berarti Tuhan nggak mau aku meninggal, masih ingin aku hidup," sambungnya.
Veronica menyarankan agar orang-orang yang memiliki niat mengakhiri hidup segera mencari bantuan dari psikolog atau orang yang dipercaya. Penting untuk mencari orang yang tidak menghakimi, kompeten, dan dapat memberikan pemahaman yang baik. Mencari penguatan spiritual juga sangat dianjurkan, agar merasa tidak sendirian dalam menjalani kehidupan.
Penting untuk diingat: Depresi dan keinginan bunuh diri bukanlah masalah sepele. Kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Jika Anda atau orang yang Anda kenal mengalami gejala depresi yang semakin parah, segera hubungi profesional seperti psikolog atau psikiater, atau kunjungi klinik kesehatan jiwa. Perhimpunan Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa Indonesia (PDSKJI) juga menyediakan layanan konsultasi kesehatan jiwa dan pemeriksaan mandiri melalui laman resminya: www.pdskji.org.