Rumah Subsidi 18 Meter Persegi: Tinjauan Arsitektur terhadap Kelayakan dan Dampak Kesehatan

Pemerintah berencana merevisi standar luas minimum rumah subsidi menjadi 18 meter persegi, sebuah perubahan dari ukuran sebelumnya yaitu 21 meter persegi. Desain prototipe untuk rumah dengan luas tersebut telah disiapkan, menampilkan tata ruang dengan satu kamar tidur.

Tata letak rumah tipe ini umumnya terdiri dari kamar tidur yang terintegrasi dengan kamar mandi, serta ruang tamu yang berfungsi ganda sebagai ruang keluarga, berhadapan langsung dengan area dapur dan laundry. Konsep minimalis dan efisien ini memunculkan pertanyaan tentang pandangan para arsitek terhadap kelayakan hunian semacam itu.

Arsitek Denny Setiawan menjelaskan bahwa desain rumah padat atau compact telah menjadi tren umum dalam arsitektur perumahan modern. Contohnya, penggabungan ruang tamu dan dapur tanpa sekat pemisah sering dijumpai. Akan tetapi, Denny menyoroti masalah penting terkait sirkulasi udara dan pencahayaan alami yang terbatas dalam desain rumah subsidi 18 meter persegi ini.

Sirkulasi udara yang buruk dapat menyebabkan beberapa masalah serius:

  • Kelembapan Tinggi: Kurangnya perputaran udara menyebabkan kelembapan meningkat.
  • Masalah Kesehatan: Kelembapan dapat memicu pertumbuhan jamur dan bakteri, memperburuk masalah pernapasan, dan bahkan meningkatkan risiko penyakit seperti tuberkulosis (TB).
  • Kualitas Rumah: Kelembapan berlebih dapat merusak struktur bangunan dari waktu ke waktu.

Denny menekankan, kamar tidur yang terletak di tengah rumah berisiko paling besar terkena dampak negatif dari sirkulasi udara yang buruk.

Solusi instan seperti penggunaan AC untuk mengatasi masalah sirkulasi udara yang buruk dapat menimbulkan konsekuensi lain. Penggunaan AC secara terus-menerus dapat menyebabkan tagihan listrik yang tinggi dan berkontribusi pada kerusakan lingkungan.

"Masyarakat mungkin membeli rumah murah, tetapi biaya listriknya mahal karena penggunaan AC yang terus-menerus. Penggunaan AC juga merusak ozon. Jangan sampai karena rumah yang kecil ini, pemakaian AC jadi banyak, ozon kita makin rusak, makin panas," paparnya.

Untuk mengatasi asap dan panas dari dapur, penggunaan cooker hood bisa menjadi solusi. Namun, alat ini membutuhkan daya listrik yang signifikan dan dapat meningkatkan tagihan listrik jika sering digunakan.

Selain masalah sirkulasi udara, desain rumah subsidi 18 meter persegi juga memiliki keterbatasan dalam hal pencahayaan alami. Denny menjelaskan bahwa sinar matahari adalah disinfektan alami yang efektif membunuh bakteri dan mengurangi kelembapan. Semakin banyak cahaya matahari yang masuk ke dalam rumah, semakin baik kesehatan penghuninya.

"Saya menaruh perhatian penuh terhadap ruang-ruang yang tidak memiliki ventilasi alami yang baik. Karena buat apa masyarakat mempunyai rumah, tapi rumah itu justru memperburuk kesehatannya. Pemerintah harus bertanggung jawab untuk menyediakan hunian yang layak dan sehat sehingga seluruh masyarakatnya bisa produktif di usia kerjanya," tegasnya.

Denny menyarankan agar pemerintah mempertimbangkan solusi seperti penambahan bukaan di bagian belakang rumah atau pemasangan skylight untuk meningkatkan pencahayaan alami. Ia juga berharap pemerintah melibatkan Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) dan tenaga profesional lainnya dalam merumuskan desain rumah subsidi yang lebih baik.

"Jangan sampai mereka membuat rumah yang murah, tapi biaya perawatan dan biaya operasionalnya mahal. Sehingga masyarakat yang tadinya harusnya punya rumah murah ini dan akan menabung untuk bisa bikin rumah yang lebih gede, malah tidak tercapai, gara-gara tabungannya habis buat bayar listrik," pungkasnya.