Indonesia Tegaskan Komitmen Pengelolaan Laut Berkelanjutan di Konferensi PBB
Indonesia kembali menegaskan komitmennya dalam pengelolaan laut berkelanjutan dan pengembangan ekonomi biru. Penegasan ini disampaikan Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono, dalam forum United Nations Ocean Conference (UNOC) yang berlangsung di Nice, Perancis.
Dalam forum tersebut, Menteri Trenggono menyampaikan bahwa Indonesia secara aktif menunjukkan kepemimpinan melalui implementasi kebijakan Ekonomi Biru yang sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Salah satu langkah konkret yang telah diambil adalah perlindungan terhadap ekosistem mangrove dan padang lamun seluas lebih dari 29 juta hektare. Ekosistem ini memiliki peran krusial dalam menyimpan sekitar 17 persen karbon biru global, menjadikannya aset penting dalam mitigasi perubahan iklim.
Saat ini, pemerintah Indonesia memfokuskan diri pada penguatan kerja sama global untuk mengatasi berbagai tantangan yang dihadapi oleh ekosistem laut, termasuk pemanasan laut, peningkatan keasaman laut, penurunan stok perikanan, serta pencemaran laut. Upaya ini diwujudkan melalui serangkaian kebijakan Ekonomi Biru yang komprehensif, antara lain:
- Perluasan kawasan konservasi laut: Pemerintah menargetkan peningkatan luas kawasan konservasi laut hingga mencapai 30 persen pada tahun 2045.
- Perikanan berbasis kuota yang bertanggung jawab: Penerapan sistem kuota dalam penangkapan ikan bertujuan untuk menjaga keberlanjutan sumber daya perikanan.
- Akuakultur berkelanjutan: Pengembangan budidaya perikanan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
- Pengawasan ekosistem pesisir: Peningkatan pengawasan terhadap ekosistem pesisir untuk mencegah kerusakan dan pencemaran.
- Pelibatan masyarakat dalam pengurangan sampah plastik laut: Mengajak partisipasi aktif masyarakat dalam upaya mengurangi sampah plastik yang mencemari laut.
Indonesia juga mendorong kerja sama global yang lebih erat dalam hal peningkatan kapasitas, pertukaran ilmu pengetahuan, penelitian laut, dan transfer teknologi. Selain itu, Indonesia mempelopori inovasi pendanaan seperti Indonesia Coral Reef Bond dan Global Blended Finance Alliance serta prakarsa Ocean 20 yang diluncurkan dalam Presidensi G20.
Sebagai wujud komitmen dan kepemimpinan dalam pengelolaan laut berkelanjutan, Indonesia akan menjadi tuan rumah Ocean Impact Summit pada peringatan Hari Laut Sedunia tahun 2026. Forum ini akan mempertemukan para ahli, pembuat kebijakan, pelaku usaha, dan filantropi untuk mendorong dampak positif di bidang Blue Food, Blue Diplomacy, Blue Economy, dan Blue Energy.
Pada kesempatan tersebut, Indonesia juga menyerahkan instrumen ratifikasi Perjanjian Internasional Biodiversity Beyond National Jurisdiction Agreement (BBNJ) kepada perwakilan PBB. Perjanjian ini mengatur konservasi dan pemanfaatan berkelanjutan keanekaragaman hayati laut di luar yurisdiksi nasional.