Palangka Raya Raih Pengakuan Sebagai Salah Satu Kota Toleran Teratas di Luar Jawa

Palangka Raya Masuk Jajaran Kota Toleran di Luar Pulau Jawa

Kota Palangka Raya, yang terletak di jantung Kalimantan Tengah, baru-baru ini mendapatkan pengakuan atas komitmennya terhadap toleransi dan kerukunan antar umat beragama. Berdasarkan Indeks Kota Toleran (IKT) 2024 yang dirilis oleh Setara Institute, Palangka Raya berhasil masuk dalam daftar 10 besar kota paling toleran di luar Pulau Jawa, dengan skor yang tercatat sebesar 5,22.

Prestasi ini disambut baik oleh Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Palangka Raya, yang selama ini aktif mempromosikan moderasi beragama di kalangan masyarakat. Ketua FKUB Kota Palangka Raya, H Muhammad Syahrun, mengungkapkan bahwa pihaknya secara rutin mengadakan dialog dengan tokoh-tokoh masyarakat dari berbagai kelurahan untuk mencari solusi dan mengantisipasi potensi konflik yang dapat mengganggu kerukunan. Upaya ini mencakup edukasi kepada para pelajar, khususnya siswa SMA kelas 11 dan 12, mengenai pentingnya bijak dalam menyikapi informasi dan menghindari provokasi.

"Kami mengumpulkan tokoh dari kelurahan untuk berdialog, mencari solusi, dan mengantisipasi riak-riak yang dapat mengganggu kerukunan," ujar H Muhammad Syahrun.

Syahrun menekankan bahwa masyarakat Palangka Raya telah memahami dan mengamalkan nilai-nilai toleransi yang terkandung dalam falsafah Huma Betang. Huma Betang, rumah adat khas suku Dayak, melambangkan keterbukaan dan penerimaan terhadap perbedaan suku dan agama. Prinsip "di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung" menjadi pedoman bagi masyarakat Palangka Raya untuk saling menghormati dan menghargai.

Salah satu contoh nyata kerukunan antar umat beragama di Palangka Raya dapat dilihat di kawasan Amaco, Jalan Gemini, di mana masjid dan gereja berdiri berdampingan. Keberadaan umat dari berbagai agama yang diakui negara, seperti Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu, semakin memperkaya keberagaman kota ini. Wujud toleransi ini tercermin dari kebiasaan saling membantu antar umat beragama, seperti penggunaan halaman gereja untuk parkir saat kegiatan muslim dan sebaliknya.

"Kami saling membantu. Halaman gereja dipakai untuk parkir saat kegiatan muslim, begitu pula sebaliknya. Ini cermin kebersamaan," tutur Syahrun.

Wali Kota Palangka Raya, Fairid Naparin, turut menyampaikan apresiasinya kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam menjaga kerukunan antar umat beragama di wilayahnya. Ia menekankan bahwa prestasi ini merupakan bukti nyata bahwa semangat kebersamaan dan nilai-nilai budaya lokal, seperti Huma Betang, terus hidup dan berkembang di tengah masyarakat Palangka Raya.

Peringkat Kota Toleran di Indonesia

Secara nasional, Salatiga (Jawa Tengah) menempati urutan pertama sebagai kota paling toleran di Indonesia dengan skor 6,54. Singkawang (Kalimantan Barat) menyusul di posisi kedua dengan skor 6,42. Berikut adalah daftar 10 besar kota paling toleran di Indonesia:

  • Salatiga, Jawa Tengah (skor: 6,554)
  • Singkawang, Kalimantan Barat (skor: 6,420)
  • Semarang, Jawa Tengah (skor: 6,356)
  • Magelang, Jawa Tengah (skor: 6,248)
  • Pematang Siantar, Sumatera Utara (skor: 6,115)
  • Sukabumi, Jawa Barat (skor: 5,968)
  • Bekasi, Jawa Barat (skor: 5,939)
  • Kediri, Jawa Timur (skor: 5,925)
  • Manado, Sulawesi Utara (skor: 5,912)
  • Kupang, Nusa Tenggara Timur (skor: 5,853)

Di luar Pulau Jawa, 10 kota dengan tingkat toleransi tertinggi adalah sebagai berikut:

  • Singkawang, Kalimantan Barat (skor: 6,42)
  • Pematangsiantar, Sumatera Utara (skor: 6,115)
  • Manado, Sulawesi Utara (skor: 5,912)
  • Kupang, NTT (skor: 5,853)
  • Ambon, Maluku (skor: 5,84)
  • Denpasar, Bali (skor: 5,676)
  • Banjarmasin, Kalimantan Selatan (skor: 5,647)
  • Tomohon, Sulawesi Utara (skor: 5,44)
  • Pontianak, Kalimantan Barat (skor: 5,251)
  • Palangka Raya, Kalimantan Tengah (skor: 5,222)