Indonesia Luncurkan FloDeg: Terobosan Diagnostik Kanker Buatan Dalam Negeri

Indonesia mencatat tonggak sejarah baru dalam dunia kesehatan dengan peluncuran FloDeg (Fludeoxyglucose - 18F), sebuah alat diagnostik kanker berbasis radiofarmaka yang sepenuhnya dikembangkan dan diproduksi di dalam negeri. Inisiatif ini menandai langkah signifikan menuju kemandirian sistem kesehatan nasional dan penguatan industri farmasi berteknologi tinggi di Indonesia. PT Bio Farma, perusahaan farmasi BUMN, menjadi pionir dalam pengembangan FloDeg, yang kini mulai didistribusikan ke sejumlah rumah sakit mitra strategis, termasuk RS Tzu Chi PIK Jakarta, RS Mitra Plumbon Cirebon, dan RS Mandaya Royal Puri Tangerang.

Direktur Pengembangan Usaha Bio Farma, Yuliana Indriati, menyampaikan kebanggaannya atas pencapaian ini. "Distribusi perdana FloDeg adalah manifestasi komitmen kami untuk memperkuat kemandirian bangsa dalam layanan diagnostik kanker. Ini adalah momen bersejarah yang membuktikan kemampuan anak bangsa dalam menghasilkan produk berteknologi tinggi," ujarnya.

FloDeg dirancang khusus untuk digunakan dalam prosedur PET Scan (Positron Emission Tomography), sebuah metode pencitraan medis yang sangat penting dalam mendeteksi dan memantau perkembangan kanker. Sebelumnya, Indonesia sepenuhnya bergantung pada impor untuk memenuhi kebutuhan akan teknologi diagnostik ini. Kehadiran FloDeg membuka jalan bagi substitusi impor dan mengurangi ketergantungan pada produk asing.

Proses produksi FloDeg dilakukan di fasilitas Cyclotron Bio Farma yang berlokasi di Cikarang, Jawa Barat. Fasilitas ini telah memenuhi standar Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) yang ditetapkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), serta protokol keselamatan radiasi yang ketat dari Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten). Hal ini menjamin kualitas dan keamanan produk yang dihasilkan.

Menurut dr. Aulia Huda, Spesialis Kedokteran Nuklir dari RS Tzu Chi, kualitas FloDeg bahkan melampaui ekspektasi. Hal ini menunjukkan bahwa produk dalam negeri mampu bersaing dengan produk impor yang selama ini mendominasi pasar.

Direktur Pemasaran Bio Farma, Kamelia Faisal, menekankan bahwa FloDeg bukan hanya sekadar produk baru, melainkan simbol transformasi dalam ekosistem kedokteran nuklir Indonesia. "Ini adalah bukti bahwa Indonesia memiliki kemampuan dan kesiapan untuk mandiri dalam menyediakan solusi diagnostik berbasis teknologi nuklir," katanya.

Distribusi FloDeg sejalan dengan Asta Cita Pemerintahan Prabowo Subianto, yang menempatkan penguatan ketahanan kesehatan dan pengembangan sektor bioteknologi strategis nasional sebagai prioritas utama. Dengan dukungan infrastruktur modern, tenaga ahli yang kompeten, dan sistem logistik radioaktif yang terpercaya, Bio Farma siap memainkan peran sentral dalam menyediakan solusi diagnostik canggih dan meningkatkan daya saing Indonesia di kancah global.

FloDeg diharapkan dapat meningkatkan aksesibilitas dan keterjangkauan layanan diagnostik kanker bagi masyarakat Indonesia. Dengan berkurangnya ketergantungan pada impor, biaya pemeriksaan PET Scan dapat ditekan, sehingga lebih banyak pasien dapat memperoleh manfaat dari teknologi ini. Selain itu, kehadiran FloDeg juga akan mendorong pengembangan riset dan inovasi di bidang kedokteran nuklir di Indonesia, menciptakan ekosistem yang berkelanjutan untuk kemajuan kesehatan bangsa.

Produk FloDeg menandai era baru bagi kemandirian industri farmasi Indonesia dalam memproduksi alat deteksi kanker, dan diharapkan dapat memberikan dampak positif yang signifikan bagi penanganan kanker di Indonesia.