Perawatan Rambut Alami: TikToker Viralkan Metode Tanpa Sampo, Efektifkah?
Perawatan Rambut Tanpa Sampo: Studi Kasus Georgia Peck dan Pandangan Ahli
Seorang pengguna TikTok, Georgia Peck, baru-baru ini menjadi viral berkat klaimnya yang mengejutkan: ia telah menghindari penggunaan sampo dan kondisioner selama lebih dari satu tahun. Rambutnya, yang ia gambarkan sebagai lebat dan bergelombang alami, menjadi bukti perawatan alternatif yang ia anut. Alih-alih produk perawatan rambut konvensional, Peck mengandalkan ramuan alami, seperti telur dan campuran herbal terdiri dari rosemary, lavender, dan daun jelatang (nettle). Ia menyebut pendekatannya sebagai 'ancestral', menekankan kembali ke metode perawatan rambut tradisional.
Metode perawatan rambut Peck melibatkan pembuatan larutan mingguan dari cuka apel, berbagai herbal (termasuk rosemary, lavender, oregano, dan daun jelatang), terkadang ditambahkan telur dan minyak zaitun. Larutan ini diaplikasikan pada rambut yang telah dibasahi air hangat, didiamkan selama 5-10 menit, kemudian dibilas. Peck meyakini telur menyediakan protein alami untuk menutrisi rambut, sementara cuka apel membantu menyeimbangkan pH kulit kepala. Ia berpendapat bahwa sampo justru menyebabkan siklus produksi minyak berlebih pada rambut, sehingga kecenderungan untuk mencuci rambut semakin sering.
Pengakuan Peck memicu beragam reaksi dari pengguna TikTok lainnya. Beberapa menyatakan pernah mencoba metode serupa, bahkan ada yang telah melakukannya selama bertahun-tahun. Mereka melaporkan hasil yang positif, dengan rambut tetap sehat dan terawat. Namun, sejumlah besar pengguna lain mengungkapkan keraguan, bahkan menyatakan bahwa rambut mereka akan menjadi bau dan gatal jika tidak disampo secara rutin. Perbedaan reaksi ini menunjukkan bahwa efektivitas metode alami ini sangat bergantung pada jenis rambut dan kondisi kulit kepala masing-masing individu.
Dr. Deeptej Singh, seorang dokter kulit bersertifikat, memberikan perspektif medis mengenai penggunaan sampo. Ia mengakui bahwa sampo dapat menghilangkan minyak alami rambut, namun menekankan pentingnya keseimbangan. Terlalu sering atau terlalu jarang keramas sama-sama dapat merugikan kesehatan rambut dan kulit kepala. Frekuensi keramas yang ideal, menurut Dr. Singh dan Dr. Elizabeth Bahar Houshmand, bergantung pada beberapa faktor, termasuk tekstur rambut, perawatan kimia, tingkat aktivitas, pengobatan, dan iklim. Secara umum, frekuensi ideal berkisar antara sekali sehari hingga sekali seminggu. Rambut halus mungkin membutuhkan keramas lebih sering, sementara rambut tebal atau keriting mungkin dapat dikeramas lebih jarang.
Kesimpulannya, meskipun metode perawatan rambut alami Peck menarik perhatian dan menghasilkan beberapa testimoni positif, penting untuk diingat bahwa tidak ada solusi satu ukuran untuk semua. Konsultasi dengan dokter kulit atau ahli perawatan rambut disarankan untuk menentukan metode perawatan yang paling sesuai dengan jenis dan kondisi rambut masing-masing individu. Penggunaan ramuan herbal dan telur dapat menjadi pilihan alternatif, tetapi bukan jaminan keberhasilan untuk semua orang, dan perlu diperhatikan potensi risiko dan efek samping yang mungkin terjadi. Sampo, meskipun memiliki potensi kelemahan, masih dianggap sebagai produk perawatan rambut yang umum dan direkomendasikan oleh para ahli, asalkan digunakan dengan bijak dan sesuai dengan kebutuhan individu.