Tantangan dan Dedikasi Bidan Desa di Wilayah Terpencil Sumbawa

Tantangan dan Dedikasi Bidan Desa di Wilayah Terpencil Sumbawa

Ros Manawati, seorang bidan desa berusia 37 tahun di Desa Baturotok, Kecamatan Batu Lanteh, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB), telah mengabdikan dirinya selama 15 tahun dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak di wilayah yang sangat terpencil dan sulit diakses. Dedikasi dan perjuangannya menghadapi medan yang berat dan keterbatasan fasilitas kesehatan menjadi cerminan nyata pengabdian seorang tenaga kesehatan di daerah tertinggal.

Desa Baturotok, yang terletak di kawasan hutan lindung pegunungan Batu Lanteh, hanya dapat dijangkau melalui jalan setapak yang belum beraspal, licin, berbatu, dan seringkali berlumpur. Kondisi ini menjadi tantangan utama dalam memberikan pelayanan kesehatan darurat, terutama bagi ibu hamil yang membutuhkan pertolongan segera. Ketiadaan akses transportasi yang memadai, seperti kendaraan dinas khusus untuk medan berat, semakin memperparah kesulitan yang dihadapi bidan Ros dan tim medis lainnya.

Pada awal Maret 2025, Bidan Ros menghadapi situasi kritis ketika harus menangani persalinan Watiani (30 tahun) yang mengalami tanda-tanda akan melahirkan. Hujan deras dan medan yang sulit membuat rujukan ke fasilitas kesehatan yang lebih memadai menjadi sangat terhambat. Sebagai upaya penyelamatan, dengan kesepakatan keluarga, Watiani terpaksa harus digotong berjalan kaki selama tujuh jam menuju Desa Tepal, satu-satunya tempat yang dapat diakses oleh ambulans.

Perjalanan yang melelahkan dan penuh risiko tersebut ditempuh dengan menandu Watiani menggunakan bambu dan sarung. Sepanjang perjalanan, Bidan Ros tetap memberikan perawatan dan pertolongan darurat di tengah kondisi yang sangat memprihatinkan. Setelah tiba di Desa Tepal, Watiani langsung dirujuk ke RSUD Sumbawa dan menjalani operasi caesar. Syukurlah, bayi lahir dengan selamat, meskipun kondisi ibunya masih perlu perawatan intensif.

Keterbatasan fasilitas dan infrastruktur di wilayah terpencil ini bukan hanya menjadi hambatan bagi Bidan Ros, tetapi juga bagi seluruh masyarakat. Kurangnya akses jalan yang layak, minimnya kendaraan operasional, dan keterbatasan sarana kesehatan lainnya menjadi permasalahan yang perlu segera ditangani. Pemerintah daerah, melalui Dinas Kesehatan Sumbawa, telah berupaya untuk meningkatkan kapasitas bidan di wilayah terpencil dan membangun Pustu prima di setiap desa dengan minimal satu bidan dan dua perawat. Selain itu, rencana pembangunan rumah tunggu bagi ibu hamil berisiko juga diharapkan dapat membantu mengurangi risiko kematian ibu dan bayi.

Namun, upaya tersebut masih memerlukan dukungan dan komitmen yang lebih besar dari berbagai pihak. Sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya kesehatan ibu dan anak, serta akses ke fasilitas kesehatan, juga sangat diperlukan. Keberhasilan program peningkatan layanan kesehatan di wilayah terpencil seperti Desa Baturotok bergantung pada sinergi antara pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat setempat. Kisah Bidan Ros menjadi pengingat penting akan dedikasi dan pengorbanan para tenaga kesehatan di daerah terpencil, serta perlunya perhatian serius terhadap infrastruktur dan akses kesehatan bagi masyarakat di wilayah tertinggal.

Tantangan yang dihadapi: * Akses jalan yang sulit dan tidak memadai. * Kurangnya kendaraan operasional (motor dinas) untuk medan berat. * Keterbatasan fasilitas kesehatan di Desa Baturotok. * Jarak tempuh yang jauh ke fasilitas kesehatan yang lebih memadai.

Upaya Pemerintah: * Pembangunan Pustu prima di setiap desa. * Rencana pembangunan rumah tunggu bagi ibu hamil berisiko. * Peningkatan kapasitas bidan di wilayah terpencil. * Edukasi masyarakat tentang pentingnya kesehatan ibu dan anak.