CEO GoTo Bungkam Soal Rumor Akuisisi Saham oleh Danantara
Patrick Walujo, CEO GoTo Gojek Tokopedia Tbk, memilih untuk tidak memberikan komentar spesifik terkait spekulasi yang beredar mengenai potensi akuisisi saham perusahaan oleh Danantara.
Seusai menghadiri acara Mitra Juara Gojek & Gopay (MJG) di Jakarta pada Sabtu (14/6/2025), Patrick Walujo menegaskan bahwa GoTo selalu mengedepankan kepentingan seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) dalam setiap pengambilan keputusan korporasi. Pemangku kepentingan yang dimaksud mencakup mitra pengemudi, mitra Gopay, dan para merchant yang bekerja sama dengan GoTo.
"Saat ini, kami tidak dapat berkomentar mengenai spekulasi yang berkembang di pasar," ujar Patrick kepada awak media. Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa perusahaan telah menyampaikan pernyataan kepada regulator, Bursa Efek Indonesia (BEI), dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengenai komitmen GoTo untuk selalu mempertimbangkan kepentingan para pemangku kepentingan dalam setiap keputusan yang diambil.
Rumor mengenai potensi investasi Danantara mencuat di tengah isu penggabungan GoTo dengan Grab Holdings. Bloomberg melaporkan sebelumnya bahwa Danantara telah memulai diskusi awal dengan GoTo mengenai kemungkinan akuisisi saham minoritas jika merger dengan Grab terealisasi. Langkah ini diyakini dapat meredakan kekhawatiran pemerintah Indonesia terkait dampak dari potensi merger tersebut, mengingat pemerintah berpeluang memiliki sebagian saham dari perusahaan teknologi raksasa di Asia.
Namun, Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara) telah mengeluarkan pernyataan resmi yang menyatakan bahwa hingga saat ini belum ada rencana untuk terlibat dalam kemungkinan akuisisi GoTo oleh Grab. Direktur Pengelolaan Investasi Danantara, Stefanus Ade Hadiwidjaja, menegaskan bahwa pihaknya terbuka terhadap peluang investasi yang sejalan dengan mandat untuk memperkuat sektor strategis dan berkontribusi pada pembangunan ekonomi nasional.
Stefanus menambahkan bahwa setiap keputusan investasi akan diambil secara selektif melalui kajian mendalam, penerapan prinsip manajemen risiko yang baik, serta mempertimbangkan potensi imbal hasil yang berkelanjutan bagi negara.