Langit Malam Memukau: Fenomena Astronomi Langka yang Mengukir Sejarah
Kilauan Langit Malam yang Jarang Tersaksikan
Alam semesta menyimpan kejutan yang tak terduga, beberapa di antaranya adalah fenomena langit yang begitu langka sehingga hanya terjadi sekali dalam kurun waktu seabad. Peristiwa-peristiwa ini, memadukan keindahan dan keajaiban astronomi, meninggalkan kesan mendalam bagi siapa pun yang beruntung menyaksikannya.
Salah satu momen spektakuler tersebut terjadi pada 31 Januari 2018, ketika langit malam menyuguhkan kombinasi tiga fenomena bulan yang luar biasa. Para astronom menyebutnya sebagai super blue blood moon, sebuah tontonan langit yang terakhir kali terlihat lebih dari satu abad sebelumnya. Istilah ini merangkum tiga kejadian berbeda yang berpadu secara harmonis.
- Supermoon: Bulan berada pada titik terdekatnya dengan Bumi, yang dikenal sebagai perigee. Pada posisi ini, Bulan tampak lebih besar dan lebih terang dari biasanya, memberikan pemandangan yang memukau bagi pengamat.
- Blue Moon: Purnama kedua dalam satu bulan kalender. Karena siklus purnama berlangsung sekitar 29,5 hari, kemunculan dua purnama dalam sebulan adalah peristiwa yang relatif jarang terjadi.
- Blood Moon: Gerhana bulan total terjadi ketika Bumi berada di antara Matahari dan Bulan, menghalangi sinar Matahari langsung. Alih-alih menghilang sepenuhnya, Bulan tampak berwarna merah tua akibat cahaya Matahari yang dibelokkan dan disaring oleh atmosfer Bumi.
Kombinasi ketiganya menciptakan pemandangan luar biasa yang jarang terjadi. Terakhir kali fenomena ini terlihat adalah pada tahun 1866.
Gerhana Bulan Terlama Abad Ini
Masih di tahun yang sama, pada 28 Juli 2018 dini hari, langit Indonesia kembali menjadi saksi bisu peristiwa astronomi langka lainnya. Sebuah gerhana bulan total terjadi dengan durasi yang sangat panjang, bahkan terlama di abad ke-21. Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), proses gerhana berlangsung selama enam jam 17 menit, dengan fase totalitas mencapai 103 menit.
Gerhana bulan adalah fenomena periodik yang terjadi beberapa kali dalam setahun. Akan tetapi, tidak semua gerhana memiliki durasi totalitas yang panjang. Gerhana bulan total dengan durasi serupa baru akan terjadi kembali pada 9 Juni 2123, dengan totalitas mencapai 106 menit, tetapi tidak dapat diamati dari Indonesia. Gerhana bulan total dengan fase totalitas yang lebih lama dan dapat diamati dari Indonesia baru akan terjadi lagi pada 19 Juni 2141, dengan totalitas mencapai 106 menit.
Peristiwa-peristiwa astronomi langka ini mengingatkan kita akan luasnya alam semesta dan betapa kecilnya kita di hadapannya. Mereka adalah kesempatan untuk mengagumi keindahan alam dan merenungkan misteri yang belum terpecahkan.