Jambi Siap Hadapi Potensi Karhutla 2025 dengan Kolaborasi Pemerintah dan Swasta

Provinsi Jambi menunjukkan kesiapan matang dalam menghadapi potensi Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) di tahun 2025. Wakil Menteri Kehutanan, Sulaiman Umar Siddiq, mengapresiasi sinergi yang terjalin antara pemerintah daerah dan sektor perkebunan swasta dalam upaya pencegahan dan penanggulangan Karhutla. Menurutnya, kolaborasi ini menjadi kunci utama dalam menjaga kelestarian hutan dan lahan di Jambi.

Sulaiman Umar Siddiq menekankan pentingnya inovasi berkelanjutan di setiap daerah dalam mencegah Karhutla. Ia juga menyatakan bahwa penanganan Karhutla di Indonesia secara umum telah menunjukkan penurunan yang signifikan dari tahun-tahun sebelumnya.

"Saya melihat bahwa untuk masalah kebakaran hutan dan lahan di Indonesia ini sudah mengalami penurunan dari tahun-tahun sebelumnya," ujar Sulaiman Umar.

Provinsi Jambi diharapkan dapat menjadi contoh bagi daerah lain dalam penanganan Karhutla. Kementerian Kehutanan berkomitmen untuk mendukung upaya-upaya pelestarian hutan dan pengurangan risiko Karhutla di seluruh Indonesia, sesuai dengan arahan presiden.

Salah satu aspek yang diapresiasi adalah kolaborasi antara pemerintah provinsi dan perusahaan perkebunan swasta. Kesiapan personel dan peralatan yang memadai dinilai sangat penting dalam melindungi kawasan hutan dari ancaman kebakaran.

"Saya sangat berkesan, bagaimana saya lihat pengelolaan upaya pencegahan karhutla di Jambi bersama pihak perusahaan dalam melindungi lahan gambut agar tetap basah, lalu melindungi kawasan hutan lindung untuk tidak terbakar itu sangatlah bagus dan itu bentuk upaya pencegahan agar tidak adanya titik-titik api yang muncul," ungkapnya.

Sulaiman Umar Siddiq menyoroti pentingnya menjaga lahan gambut tetap basah dan melindungi kawasan hutan lindung dari kebakaran. Upaya pencegahan ini dinilai krusial, mengingat pengalaman Jambi di masa lalu yang pernah mengalami Karhutla besar.

Dalam kunjungan kerjanya ke Jambi, Sulaiman Umar Siddiq juga meninjau program water intake yang dijalankan oleh salah satu perusahaan. Program ini bertujuan mengalirkan air ke kanal-kanal perkebunan di lahan gambut, sehingga menjaga kelembaban tanah dan mengurangi risiko kebakaran. Air yang disuplai dari Sungai Batanghari juga dimanfaatkan untuk menjaga kawasan Hutan Lindung Gambut (HLG) Londerang tetap basah.

"Sangat bagus ini, saya lihat pengaliran air yang begitu kuat dialiri ke kanal-kanal perkebunan swasta itu, dan ini pastinya bentuk pengendalian atau pencegahan agar lahan gambut di perkebunan mereka tetap basah," katanya.

Keterlibatan aktif masyarakat juga menjadi faktor penting dalam pencegahan Karhutla. Edukasi mengenai bahaya Karhutla perlu terus ditingkatkan, dan perusahaan-perusahaan harus bertanggung jawab penuh dalam menjaga lahan mereka agar tidak terbakar.

Pemerintah Provinsi Jambi bersama pihak swasta menunjukkan kesigapan dalam menghadapi musim kemarau dengan menggelar apel siaga. Langkah ini diapresiasi sebagai bentuk komitmen dalam mencegah Karhutla.

Sulaiman Umar Siddiq juga mengimbau daerah-daerah lain di Indonesia, seperti Riau, Bengkulu, Sumatera Selatan, dan Kalimantan, untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi potensi Karhutla. Upaya pencegahan yang terkoordinasi di seluruh wilayah diharapkan dapat meminimalisir risiko kebakaran hutan dan lahan.

"Tetapi ini bukan hanya Jambi saja ya, tentunya di setiap daerah di Indonesia harus mempersiapkan diri dalam mencegah terjadinya karhutla seperti di Riau, Bengkulu, Sumsel dan juga Kalimantan, dan saya rasa setiap daerah sudah menjalani upaya pencegahan itu," ujarnya.

Dengan persiapan yang matang dan kolaborasi yang solid, diharapkan Indonesia dapat terhindar dari Karhutla di tahun-tahun mendatang, sehingga kelestarian hutan tetap terjaga.

Daftar Program yang Dilakukan:

  • Program Water Intake.
  • Apel Siaga Karhutla.
  • Menjaga lahan gambut tetap basah.
  • Melindungi kawasan hutan lindung.

Daerah yang disebutkan:

  • Jambi
  • Riau
  • Bengkulu
  • Sumatera Selatan
  • Kalimantan