Kisah Sukses Sugandi: Mengubah Cicak Menjadi Emas di Cirebon

Di sebuah desa yang tenang di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, seorang pengusaha bernama Sugandi telah mengubah pandangan orang tentang cicak. Bukan lagi sekadar hewan kecil yang merayap di dinding, di tangan kreatif Sugandi, cicak menjelma menjadi sumber penghasilan yang menjanjikan.

Sugandi, seorang warga Desa Kertasura, Kecamatan Kapetakan, telah lama berkecimpung dalam bisnis yang tidak biasa: produksi cicak kering. Apa yang mungkin terdengar aneh bagi sebagian orang, ternyata menjadi lahan bisnis yang sangat menguntungkan bagi Sugandi. Dengan ketekunan dan kerja keras, ia berhasil meraup omzet hingga ratusan juta rupiah setiap bulannya.

"Saya tidak ingat persis kapan memulai bisnis ini, tapi yang jelas sudah cukup lama," ujar Sugandi, mengenang awal mula usahanya. Setiap hari, ia mampu memproduksi sekitar 40 hingga 50 kilogram cicak kering. Pasokan cicak basah diperoleh dari warga sekitar yang secara rutin mengirimkannya ke kediamannya.

Saat ini, harga cicak kering utuh mencapai Rp270 ribu per kilogram. Dengan produksi sebanyak itu, tak heran jika omzet Sugandi bisa mencapai angka yang fantastis setiap bulannya. Dalam proses produksinya, Sugandi dibantu oleh beberapa karyawan yang memiliki tugas masing-masing. Ada yang bertugas mencuci cicak, menjemurnya, hingga mengemas cicak-cicak yang sudah kering.

Produk cicak kering Sugandi tidak hanya dipasarkan di dalam negeri, melainkan juga diekspor ke luar negeri, terutama ke China. "Ekspornya ke China, tapi bukan saya yang kirim langsung, melainkan adik saya," jelas Sugandi. Pengiriman biasanya dilakukan jika jumlah cicak kering sudah mencapai lebih dari 1 ton, tepatnya sekitar 1,8 ton.

Selain memproduksi sendiri, Sugandi juga menerima pasokan cicak kering dari berbagai daerah, terutama dari Indramayu. "Sekarang ada yang sudah dioven dari sananya (pemasok). Jadi, saya menerima yang sudah kering. Yang dioven di sini hanya kiriman dari warga sekitar saja," katanya.

Untuk cicak kering dari pemasok, Sugandi membelinya dengan harga Rp250 ribu per kilogram untuk grade A (dengan ekor) dan Rp150 ribu per kilogram untuk grade B. Sementara itu, cicak basah dibeli dengan harga Rp48 ribu per kilogram.

Proses produksi cicak kering dilakukan dengan sangat teliti. Berikut adalah tahapan-tahapannya:

  • Pengumpulan: Cicak-cicak basah dikumpulkan dalam sebuah wadah.
  • Pencucian: Cicak dicuci menggunakan air bersih untuk menghilangkan kotoran.
  • Penataan: Cicak ditata di atas wadah dalam posisi lurus.
  • Penjemuran: Cicak dijemur di bawah sinar matahari selama sehari (jika cuaca cerah).
  • Pengovenan: Cicak yang sudah dijemur dimasukkan ke dalam oven.
  • Pengemasan: Cicak yang sudah kering disusun rapi dan dikemas.

"Proses pencucian sangat penting agar tidak ada kotoran yang menempel," tegas Sugandi. Setelah melalui proses yang panjang dan teliti, cicak kering siap untuk dipasarkan dan diekspor, membawa berkah bagi Sugandi dan keluarganya. Kisah Sugandi adalah bukti nyata bahwa dengan inovasi dan kerja keras, peluang bisnis bisa ditemukan di mana saja, bahkan dari hewan yang sering dianggap sebelah mata.