Pembentukan Koperasi Desa Merah Putih Capai Tahap Akhir, Fokus Tertuju pada Papua

Program Koperasi Desa (Kopdes) Merah Putih, sebuah inisiatif strategis untuk memperkuat ekonomi desa di seluruh Indonesia, hampir mencapai realisasi penuh. Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM), Budi Arie Setiadi, mengumumkan bahwa pembentukan Kopdes Merah Putih telah mencapai tahap akhir, dengan mayoritas wilayah di Indonesia telah mencapai target yang ditetapkan. Saat ini, perhatian utama difokuskan pada tiga provinsi di wilayah Papua yang masih memerlukan upaya lebih lanjut untuk mencapai target 100%.

"Tantangan saat ini ada di Papua Pegunungan, Papua Tengah, dan Papua Selatan, di mana pembentukan Kopdes masih belum mencapai target yang diharapkan," ujar Budi Arie Setiadi saat melakukan kunjungan kerja ke Koperasi Merah Putih di Kalurahan Srimulyo, Piyungan, Bantul, Yogyakarta. Kunjungan ini bertujuan untuk meninjau langsung implementasi dan efektivitas program Kopdes Merah Putih di tingkat desa.

Secara nasional, dari target 80.000 unit Kopdes, telah terbentuk 79.882 unit. Hal ini menunjukkan komitmen dan kerja keras dari berbagai pihak yang terlibat dalam program ini. Meskipun demikian, Budi Arie mengakui bahwa masih ada ruang untuk perbaikan dan peningkatan, terutama dalam hal kualitas dan keberlanjutan operasional Kopdes.

"Kopdes Merah Putih Srimulyo ini adalah contoh yang baik, namun kita perlu memastikan bahwa semua Kopdes di seluruh Indonesia dapat berkembang dan memberikan manfaat yang optimal bagi masyarakat desa," jelasnya.

Program Kopdes Merah Putih sendiri merupakan implementasi dari Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 9 Tahun 2023 tentang percepatan pembentukan koperasi desa atau kelurahan. Setiap Kopdes diharapkan memiliki minimal tujuh unit usaha yang mencakup berbagai sektor penting, seperti:

  • Gerai sembako
  • Apotek desa
  • Klinik desa
  • Unit simpan pinjam
  • Gudang
  • Sarana transportasi
  • Kantor koperasi

Inovasi dalam pengembangan unit usaha juga sangat ditekankan. Budi Arie mencontohkan bagaimana Kopdes di Srimulyo bahkan memiliki unit usaha pet shop, menunjukkan adaptasi terhadap kebutuhan dan potensi lokal.

Dalam kesempatan tersebut, Budi Arie juga menyampaikan apresiasi kepada Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X, atas dukungan dan komitmennya dalam mengembangkan koperasi di wilayahnya. Yogyakarta diharapkan dapat menjadi model percontohan nasional dalam implementasi Kopdes Merah Putih.

Mengenai kekhawatiran tentang potensi koperasi yang tidak aktif, Budi Arie optimis bahwa dengan semangat kolektif dan pengelolaan yang baik, Kopdes dapat berhasil dan berkelanjutan.

"Musuh utama Kopdes adalah ketakutan, kecurigaan, dan keraguan. Kita harus optimis dan bekerja sama untuk memastikan Kopdes ini berhasil karena menyangkut kepentingan banyak orang," tegasnya.

Koperasi desa diharapkan menjadi pusat kegiatan ekonomi di tingkat desa, baik dalam hal distribusi maupun produksi. Dengan demikian, Kopdes dapat menjadi penggerak utama ekonomi rakyat dari bawah, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.