Pelanggan di Malaysia Terkejut dengan Biaya Tambahan 'Tarik' Kopi di Kedai Kopi
Kopi Tarik Berbayar: Kejutan di Kedai Kopi Malaysia
Sebuah pengalaman tak terduga dialami seorang pelanggan wanita di Malaysia ketika memesan kopi tarik di sebuah kedai kopi. Alih-alih menikmati minuman tradisional tersebut tanpa biaya tambahan, ia justru mendapati adanya biaya khusus yang dikenakan hanya karena kopi tersebut disajikan dengan teknik 'tarik'. Kejadian ini memicu perdebatan di kalangan warganet mengenai kewajaran biaya tambahan untuk metode penyajian minuman yang sebenarnya sudah menjadi bagian dari budaya kuliner Malaysia.
Teknik 'tarik' sendiri merupakan metode umum yang digunakan dalam pembuatan teh tarik atau kopi 'O' di Malaysia, terutama di kedai-kedai kopi tradisional. Proses ini melibatkan penuangan minuman dari satu wadah ke wadah lain secara berulang-ulang, menciptakan lapisan busa yang khas di permukaan. Biasanya, teknik ini tidak dikenakan biaya tambahan, mengingat ini adalah bagian dari proses pembuatan minuman itu sendiri.
Namun, pengalaman wanita asal Sibu, Sarawak ini berbeda. Melalui unggahan di grup Facebook, ia mengungkapkan keterkejutannya saat mendapati biaya tambahan sebesar RM 0,70 (sekitar Rp 2.700) hanya karena memesan kopi tarik. Ia melampirkan foto struk pembelian sebagai bukti, di mana tertera harga kopi tarik sebesar RM4,30 (sekitar Rp 16.500) ditambah biaya tambahan untuk teknik 'tarik'.
"Hidup sekarang susah ya. Minta kopi ditarik pun harus bayar biaya tarikannya," tulisnya dengan nada heran. Selain biaya 'tarik' kopi, ia juga harus membayar harga tisu sebesar RM 2 (sekitar Rp 7.700).
Unggahan wanita ini dengan cepat menarik perhatian warganet. Banyak yang menanggapinya dengan candaan, berspekulasi tentang potensi biaya tambahan lain di masa depan, seperti biaya mengantar pesanan dari dapur ke meja. Beberapa warganet juga berpendapat bahwa teknik 'tarik' membutuhkan keahlian khusus, sehingga wajar jika dikenakan biaya.
Reaksi warganet pun beragam:
- "Untung cuma ditarik sekali. Coba kalau ditarik sepuluh kali, bisa habis gaji," canda seorang netizen.
- "Memang kehidupan sangat keras. Minum kopi instan tarik saja harganya segini, lebih baik ngopi di rumah lebih hemat," sahut netizen lainnya.
Kejadian ini mengingatkan pada pengalaman serupa yang dialami seorang warganet Malaysia sebelumnya, yang terkejut dengan harga es teh leci sebesar Rp 54.000 di sebuah restoran Indonesia di Malaysia. Kasus-kasus seperti ini memicu diskusi tentang transparansi harga dan ekspektasi pelanggan terhadap biaya tambahan yang dikenakan oleh penjual.
Fenomena biaya 'tarik' kopi ini menjadi sorotan karena menyoroti perubahan dalam lanskap kuliner dan ekspektasi konsumen. Sementara beberapa orang mungkin melihatnya sebagai cara yang sah bagi pedagang untuk menghasilkan pendapatan tambahan, yang lain mungkin merasa bahwa itu adalah praktik yang tidak perlu yang melanggar tradisi lama. Apapun masalahnya, insiden tersebut memicu percakapan di antara masyarakat Malaysia tentang nilai layanan dan ekspektasi harga dalam industri makanan dan minuman.